Keadaan yang akan ku lakukan nanti,
ketika aku beralih tugas menjadi Mama.
Mama, ajarmu yang menyuruhku
melihat dan menengok. Betapa indah menjadi dirimu, menjadi perempuan
satu-satunya yang kami butuhkan digubuk ini. Jika mungkin suatu saat kau telah
pergi dengan segala isak dan tangisku yang menghakimi diri sendiri. Percayalah,
aku akan berjalan menuju masa depan yang telah kau ceritakan. Menjadi peran
utama sepertimu yang berjuang melawan waktu.
Mama, rangkain kalimat pun takkan
bisa membalas teganya diriku padamu. Aku menikmati makanan bersama teman
diluar, membiarkan dirimu menungguku yang lalai waktu ini. Kau sibuk menengok waktu
pada dinding ruang tamu. Sementara aku masih menikmati canda tawaku dan tak
mengingatmu. Kau rela menyisihkan uang belanja untuk memenuhi inginku, tapi aku
menghabiskannya dalam waktu tak sampai seminggu. Semauku, kau masih menurutiku.
Mama, andaikan mungkin aku adalah
satu-satunya wanita yang kau sayangi sebagai anakmu. Maka kaulah satu-satunya
wanita yang ku sayangi sebagai mamaku. Tidak ada yang bisa dan berhak
menggantikanmu. Termasuk nanti mertuaku, dia sudah meempunyai tempat yang sudah
kupersiapkan dibawahmu, setelah dirimu :”). Sayang yang sama sepertimu hanya beda
kadar dan waktu.
Mama, masih ingatkah kau, ketika
aku merengek engkau izinkan mengikuti timku berlaga, mejauhi kotaku, jauh dari
dirimu. Hal yang tak pernah kau bayangkan, dan hal yang tak pernah ku bayangkan
juga sebelumnya. Ternayta dunia sudah membalikku menjadi wanita kecilmu yang
kuat seperti laki-laki dan lembut sepertimu. Mama terimakasih izinmu, berkatmu
aku sekarang merasakan kebahagiaan, hobbyku sebagai penikmat sepakbola. Masih dalam
restu dan ridho yang kau berikan untuk pergi menjauhi kota ini, kota ku.
Mama, taukah engkau?? Aku tidak
pernah meembayangkan jika nanti aku sudah berada jauh darimu. Mengikuti jejak
suamiku, meninggalkan gubuk kecil kita yang penuh kenangan akan manjaku padamu.
Bagaimana dulu kau mengganti popokku, membuatkan aku susu, dan menggendongku
kemana puna ku meminta padamu. Mama, apakah aku bisa menjadi wanita tegar
sepertimu?? Yang kuat di depan putrimu? Menyembunyikan tangis dalam hatimu. Menyeruatkan
bangga dalam binarmu?
Mama percayalah, engkau tetap menjadi
mama terbaik. Aku takkan bisa berperan sebaik dirimu. Tapi, aku aakan berusaha
menjadikan engkau sebagai panutan yang tangguh. Mengajarkan sabar, marah,
sayang dan dekapan dalam satu wajah. Airmataku juga entah mungkin takkan pernah
bisa berhenti jika aku harus berpisah denganmu. Apakah kau mau memaafkan semua
yang telah menyakiti hatimu??. “Adek nggak punya salah sama mama. Kalaupun ada
salah, mama sudah maafin adek sejak dulu dek”, selalu tegurmu. Bahagia bukan
aku memilikimu??
Terimakasih ma, kau sudah menjadi
mama, ayah, sahabat dan teman serta guru terbaikku. Tak ada yang bisa
menghapusmu dan berperan sama sepertimu. Mamaku :”)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar