Kamu adalah lembar
dalam buku bacaan yang telah ku tandai dengan sekat kesayangan dan ku baca
berulang-ulang.
Kamu adalah sebercak
parfum di sekitar lenganku yang menempel mengelilingi pikiranku.
Kamu adalah tempat
terpencil diantara organ tubuhku yang menyusup tanpa jalan keluar.
Kamu adalah satu kata
yang selalu terucap tanpa pemikiran panjang dalam tadahan tangan pada Tuhan.
Kamu adalah ketentuan
dimana sebab dan akibat menjadi satu didalamnya.
Aku? Aku harap aku
adalah satu-satunya ‘sayang’ yang terbagi antara ibu dan gadis kecil dibawahmu.
Aku? Aku harap aku
adalah perempuan yang akan bergandengan denganmu ketika tua bersama dalam
genggaman kita.
Aku? Aku harap aku
adalah pembuat teh hangat di pagimu dan pengecup kening ketika kau
membuka matamu.
Aku? Aku adalah aku
yang rutin menceritakanmu pada Tuhan dan meminta takkan terbagi kamu dengan
aku.
Aku adalah bulatan
nol besar yang sedang berusaha beranjak dan ingin merangsak naik ke setiap
angka diatasnya.
Aku adalah lembar
selembar kertas yang masih berketikkan tulisan yang ingin menjamak menjadi buku
bacaan.
Aku adalah wanita
kecil yang masih bertuliskan kekanakan dan kemurungan tanpa sebab akibat yang
ingin merangsak dewasa pada waktunya.
Kamu,
Mungkin selangkah
lagi semua akan kau gapai dalam tangan.
Bebas memilih semua
yang kau inginkan dengan tunjuk tangan.
Digandrungi berpasang
mata wanita yang akan menganggap hebat ada padamu.
Tapi aku tau kau akan
tetap ingat bahwa kau miliki aku.
Yang terlampau jarak
sedang merindukanmu.
Mendoakanmu.
Menyayangimu. Tanpa sebab dan akibat.
Terpatrikan cita dan
rajutan yang ingin kita realisasikan.
Jadi, aku … aku
adalah tentang rintihan wanita di balik jendela yang tak mau kehilangan
merpatinya …
Lalu kamu? Bisakah
kata diawal jumpa pertama kita tetap kau jaga?