Kamis, 26 September 2013

Takkan Terbagi Kamu Dengan Aku.

Kamu adalah lembar dalam buku bacaan yang telah ku tandai dengan sekat kesayangan dan ku baca berulang-ulang.
Kamu adalah sebercak parfum di sekitar lenganku yang menempel mengelilingi pikiranku.
Kamu adalah tempat terpencil diantara organ tubuhku yang menyusup tanpa jalan keluar.
Kamu adalah satu kata yang selalu terucap tanpa pemikiran panjang dalam tadahan tangan pada Tuhan.
Kamu adalah ketentuan dimana sebab dan akibat menjadi satu didalamnya.

Aku? Aku harap aku adalah satu-satunya ‘sayang’ yang terbagi antara ibu dan gadis kecil dibawahmu.
Aku? Aku harap aku adalah perempuan yang akan bergandengan denganmu ketika tua bersama dalam genggaman kita.
Aku? Aku harap aku adalah pembuat teh hangat di pagimu dan pengecup kening ketika kau  membuka matamu.
Aku? Aku adalah aku yang rutin menceritakanmu pada Tuhan dan meminta takkan terbagi kamu dengan aku.

Aku adalah bulatan nol besar yang sedang berusaha beranjak dan ingin merangsak naik ke setiap angka diatasnya.
Aku adalah lembar selembar kertas yang masih berketikkan tulisan yang ingin menjamak menjadi buku bacaan.
Aku adalah wanita kecil yang masih bertuliskan kekanakan dan kemurungan tanpa sebab akibat yang ingin merangsak dewasa pada waktunya.

Kamu,
Mungkin selangkah lagi semua akan kau gapai dalam tangan.
Bebas memilih semua yang kau inginkan dengan tunjuk tangan.
Digandrungi berpasang mata wanita yang akan menganggap hebat ada padamu.
Tapi aku tau kau akan tetap ingat bahwa kau miliki aku.
Yang terlampau jarak sedang merindukanmu.
Mendoakanmu. Menyayangimu. Tanpa sebab dan akibat.
Terpatrikan cita dan rajutan yang ingin kita realisasikan.
Jadi, aku … aku adalah tentang rintihan wanita di balik jendela yang tak mau kehilangan merpatinya …

Lalu kamu? Bisakah kata diawal jumpa pertama kita tetap kau jaga?

Rabu, 25 September 2013

Siang Benderang Tanpa Bintang



Pada siang yang terang benderang tanpa pijar bintang
Pada kaula yang menjelma tanpa aba-aba
Kau berada dalam titik penerang paling atas yang kutemukan
Melebarkan senyuman pada sekitar awan yang terasa berubah warna

Aku lupa kapan terakhir mengeluh pada Tuhan
Yang ku ingat aku sedang sibuk bersyukur Tuhan beri aku bintang
Bintang yang tau kapan muncul dan membuatku girang
Atau yang tau kapan jatuh agar aku membuat nyata pengharapan

Tapi bintangku disimpan Tuhan dalam kejauhan

Seperti labirin di dinding-dinding yang bernamakan hati
Tak dapat kusentuh dengan jari jemari
Jika jarak sedang mengapak diantara rindu dan penghamburan rasa kami

Seperti huruf yang kurangkai menjadi kata terimakasih
Kau datang menjadi pelukan dalam kedinginan dan menjadi air dalam kebakaran
Kau tau, kau adalah alasan dari senjaku yang begitu indah
Kau tau, kau adalah malam yang selalu ku hitung dalam pertemuan

Karena kau yang akan menceritakan pada Tuhan tentang pagi, siang, senja dan malam yang akan kita rangkai hingga akhir zaman

Terlalu percaya diri? Atau aku terlau menantang?
Bukan, aku hanya percaya
Jika aku bertahan, Tuhan takkan tinggal diam.
Dia memberikan apa yang kita perjuangkan.
Sama seperti ketulusan akan terganti dengan ketulusan yang sama.
Dan Tuhan maha memberi kebahagiaan yang tak terkira.

Jumat, 13 September 2013

#PeopleAroundUs - DAY3 - Pria Pertemuan Pertama



#PeopleAroundus – DAY3 – Pria Pertemuan Pertama



            Ini adalah kali pertama aku menatap kedua bola matanya. Kali pertama dimana tangan berjabat dan wajah saut menyambut arti. Dulu? Dulu hanya dalam genggaman bayangan. Dimana sekarang dia berada tepat satu kaki di depan ragaku, dimana sekarang sebuah potret yang sering terlihat di layar yang bertuliskan merk sebuah gadget ternama kini berada nyata dan dapat kusentuh semauku, sesukaku. Ku tatap lekat dia, dalam aduan antara bola mataku dan bola matanya. Aku tak pernah tau jika dia akan berada di depanku, di sebuah kota kecil yang kuhuni, dan berpenghuni sejuta hati yang telah rapuh lalu dikuatkan kembali oleh sosok kuat dalam jarak yang sering menceritakan dan diceritakan.
            Sosok paras yang dulu pernah berkecap tentang diri yang sedang tergeletak seperti pesakitan kaku yang sedang mati suri. Gurauan diantara dini hari, diantara para pemimpi yang sudah mencapai puncak halusinasi tertinggi. Dia dan aku masih terjaga dan masih saja tetap tergeletak dalam balutan sebuah cerita tentang dirinya dan diriku yang terluka.
            Dia yang pernah berbicara denganku tentang sosok lain yang menjatuhkan diri dalam pelukan berbalutkan kasih sayang. Dengan mengubur semua sebab dan akibat yang menjadi konsekuensi ketidakpedulian. Dan dalam pertemuanku dia kini bukan lagi sosok kerapuhanyang sedang tergolek dalam cerita di depan tubuhku. Kini bukan lagi tentang sebuah kuncup lain yang sedang dia perjuangkan dengan meminta perantaraku.

Tapi tentang kuncup yang sedang berada di depannya, yang telah menyusup secara pesat pada sebuah tempat yang dinamakan entah, dengan banyak alasan yang tidak bisa diungkapkan. Dengan tertitah menutup cerita, lalu membukanya menjadi sebuah lembar bertuliskan judul baru. Dia yang terlihat begitu sumringah entah benar bahagia atau penampakan saja. Penampakan yang tak ingin mengguratkan kekecewaan di depan kuncup bunga baru. Sebuah deklarasi tentang penutupan kisah kelam. Tanpa pikir panjang dan tanpa tau apa lagi yang akan menghadang. Yang penting tutup saja dulu semua yang pernah terceritakan sebelum pertemuan.

            Dia yang sekecap lidah langsung merangsak dari puruk menjadi tawa kini terkihat lebih bahagia. Lebih terlihat memiliki tawa, dengan cerita dan alasan yang bernamakan aku. Walaupun tak lama harus tetap meninggalkan kuncup itu kembali di tempatnya dan melanjutkan suatu kisah lain di depan mata. Disana tempat yang jauh, yang tak teraba oleh mata.
            Pertemuan sekecap lidah dan kesayangan dalam balutan cerita. Pria pertemuan pertama. Apakah kau mengingatnya? 

Rabu, 11 September 2013

#PeopleAroundUs – DAY2 – Tanggung Bayi Mungil dan Pikir Dewasa



#PeopleAroundUs – DAY2 – Tanggung Bayi Mungil dan Pikir Dewasa
  


            Kamu tau bahwa ketika manusia dilahirkan ke bumi ini melalui rahim wanita yang akan dipanggil ibu, manusia itu sudah mempunyai garis hidup dan jalan kehidupannya sendiri, yang telah ditakdirkan dituliskan oleh Tuhan. Takdir, rezeki, kehidupan, kesehatan, maut, jodoh dan semua jalan cerita mulai dia membuka mata menangis, dan terdiam, menutup mata selamanya.
            Bayi mungil yang belum genap menyungging waktu dengan matahari selama enam bulan setengah tahun ini sudah tertawa simpul di hadapan banyak orang yang menggoda, merajuk mengajak tertawa bersama dengan kepolosan yang tersirat diwajah. Lihat tidurnya, mungkin dia sedang di goda oleh para bidadari dan para malaikatnya yang sedang membahagiakannya.
            Tanpa dia sadari dan tanpa dia tahu dalam lelapnya, bahwa tanpa sepengetahuannya di luar pikiran dan apa yang telah dia mengerti. Banyak kepala di sekitarnya yang sedang menyusun rencana tentang dirinya. Menyusun cita  masing-masing yang hendak diperjuangkan untuknya, bayi kecil mungil yang belum mengerti apapun tentang mimpi dan masa depan. Sementara ibu ayah kakek nenek dan tantenya asyik memperjuangkan yang mereka inginkan.
            Lihat bayi sekecil ini, semuanya sudah tertata rapi, dari ayah yang menginginkan dia menjadi pemain bola, dari ibu yang menginginkan dia menjadi tentara, dari tante yang menginginkan dia menjadi sarjana dan dari hati kakek nenek yang mulia, kakek nenek yang ternyata bisa membuka mata hati pada mereka yang sedang merancang kehidupan bayi mungil ini. Bahwa ini adalah kehidupannya dia masih terlalu polos, lugu bahkan tak mengerti apa yang sedang mereka bicarakan.
            Bayi itu ternyata sudah menanggung mimpi, cita dan angan dari para pemikiran dewasa yang tak ingin melihatnya beranjak dewasa menjadi sengsara. Tapi mereka, para dewasa juga lupa bahwa dia juga berhak untuk menentukan cita yang seperti apa. Untuk tahun tahun yang akan menjadikannya sosok lelaki dewasa.
            Bola yang tante taruh di dekat kaki ini menandakan bahwa apapun bisa kamu dia pilih. Tanpa usah melihat mereka yang ada disekelilingmu ingin kau menjadi apa. Kau berhak menentukan jalan yang ingin kau rajut. Asal terbaik dan bisa kau pertanggung jawabkan menjadi lelaki dewasa yang bersahaja. Tanggung bayi mungil dan pemikiran dewasa.

 #PeopleAroundUs proyek kak @aMrazing , hari kedua - @DeaAmeelia 12 September 2013