Sekujur tubuhku gemetar
Ku tengok detik demi detik lintasan jam di dinding
dan yang melingkar ditangan.
Mulut sudah komat-kamit seperti para petuah yang
ingin membacakan doa.
Hati dan raga ikut kelimpungan tak karuan, bahagia,
cinta semua merajuk tak terkira.
Tangan sedari tadi sudah menyimpul-nyimpulkan ujung
lengan yang penuh bordiran.
Sedari subuh rumah sudah bau wewangian.
Terdengar suara musik klasik yang ayah putar.
Ibu-ibu beradu argument dan masakan di ujung
ruangan.
Aku masih menggambar paras di depan bayangan.
Waktu tinggal sejengkal lagi saat pagi kau kirimkan
pesan.
Tuturmu ini adalah bukti kasih sayang.
Ucapmu ini adalah kesetiaan waktu.
Cakapmu ini adalah kejamnya hujaman jarak yang tak
bertuan.
Terdengar kanak kecil berteriak kau telah terlihat
dari kejauhan.
Bersama rombongan yang menenteng beberapa barang dan
keranjang. Arak-arakan.
Hati semakin berdegup kencang, membayangkan raut
wajah saat berhadapan.
Masuklah pelataran rumah sebagai tempat kita bersua.
Ku dengar suara pria separuh baya yang meminta dan
bersalaman dengan ayah.
Akrab sekali, mereka berangkulan, di sisi lain
perempuan sepantaran sedang merangkul mamah.
Entah apa yang mereka utarakan, ku lihat mereka
begitu bertabur kasih-kasih kesenangan.
Kau masuk dalam tawa mereka, aku masih tertunduk
diam, dan masih malu-malu menatap.
Ahh, inikah rasanya bahagia, atau aku ingin terlihat
anggun seharian.
Berdiri perempuan yang sedari tadi akrab dengan
mamah.
Menghampiriku, lalu menyuruhmu memasangkan cincin
ditangan.
Sayang, lamaran telah terutarakan.
Aku menerimamu sebagai calon imam, dan calon masa
depan yang sudah tergambar.
Terimakasih tuhan, janji sekarang sudah terikrarkan.
Bukan lagi antara aku kamu dan tuhan, tapi dengan
saksi berpasang bola mata yang berhadapan.
Bingkisan keranjang kotak demi kotak yang kau bawa
kau bilang hadiah karena aku mampu bertahan.
Terimakasih bisa bertahan sampai nanti tinggal
sejalan lagi, satu langkah kan teraih.
Jauh dari ujung sana kau membawa sanak saudara.
Mengutarakan semua niat untuk memintaku pada ayah
dan mamah.
Hantaran yang kau bilang tak seberapa bagiku itu
istimewa.
Kau benar hanya jarak dan waktu yang mampu menjawab
bahwa ini …
Ini bukti, jarak dan waktu tak bertuan yang menguji
kesetiaan dan pengucapan.
Buat kak Putri Longlast yaa kak :’)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar