Rabu, 27 November 2013

"Cintakan membawamu, kembali disini ..."

Aku akan pulang
Secepatnyaa sapa kan ku sampaikan
Rindu segera beradu dengan cumbu
Kata menyapa dalam kecupan
Aku akan pulang
Jika kamu telah menginginkan
Aku akan datang
Tunggu aku dalam senyuman

Tak ada kata jika Tuhan sudah turun tangan
Tak ada raga jika Tuhan tidak meng-Iya-kan
Naskah sedikit dirubah pada garis yang seharusnya
Percayalah, semua akan indah pada waktunyaa
Jika sampai nanti
Tak kau temui raga dalam tegak diri
Lalu kau beranjak pergi
Tunggulah, aku masih dalam perjalanan
Cintamu yang akan menguatkanmu berdiri

Ingatlah hari dimana kita akan berdua selamanyaa
Yakinlah jika cinta akan mampu menguatkanmu berdiri
Menunggu dalam sebuah stasiun pagi
Dan menemui diriku berdiri membawa cinta
Untuk menemui pemiliknya (lagi)

Selasa, 26 November 2013

Tentang rajawali yang memaksakan terbang tinggi (lagi)



Rajawali yang sedang terbang tinggi (lagi)
Kamu terlalu baik jika harus selalu mengalah pada sebuah cinta
Sering ku dengar jika cinta sedang melumpuhkan seisi sukma pada dirimu
Bukan sekali dua kali dalam bahasa ini aku mendengarnya (lagi)
Mungkin beratus, beribu, atau bahkan sudah berjuta kali
Hati, iya kamu selalu berbicara tentang hati
Hati yang tak semudah itu untuk menemukan tambatan lagi
Tapi sampai kapan hati akan menyakiti diri sendiri
Jika semua sudah mati untuk di perjuangkan lagi

Sering aku mendengar jika ini semua karena cinta yang kau junjung tinggi
Tapi cinta yang kamu junjung tinggi lelah
Ia selalu menemukan alasan untuk mengeluh dan berhenti
Bukannya cintamu seharusnya tidak memiliki alasan untuk ini

Untuk seorang rajawali dalam hamparan mawar putih

Berdirilah di depan cermin
Cermin yang ku beri
Cermin ajaib yang bisa membaca semua isi hati
Hatimu rajawali

Aku berhenti, semua sudah tidak bisa di perjuangkan lagi
Lalu kamu kembali, iya kembali mencari celah untuk tersakiti
Aku berhenti, cintaku sudah terbenam mati
Lalu kamu kembali, iya kembali untuk mengulang hal yang salah lagi dan lagi
Jika mawarmu sedang berusaha untuk memperbaiki
Dia akan menuruti, menuruti hati untuk memperbaiki diri
Jika mawarmu sudah lelah dan berhenti
Dia akan mencari, mencari celah untuk salah di ulangan ke dua kali
Mencari salah pada semut yang terinjak mati oleh kaki

Untuk rajawali yang sedang terbang tinggi

Cintamu, kisahmu, rindumu dan mawarmu masih dalam genggaman sang ilahi
Jika bahagia tidak akan pernah kamu temui disini
Untuk apa hati dan raga selalu harus menyakiti kedua kali
Pahamlah, ada hal yang tidak perlu untuk kamu perjuangkan lagi

Untuk rajawali pada cerita ini, semoga kamu mengerti

Tertanda
Awan pada langit yang sedang kau terbangi

Jumat, 22 November 2013

Tuhan, jika berkenan …




Pernah tertitip doa lewat sebuah tempat yang kita singgahi berdua
Menguncup dan menengadahkan tangan dalam balutan suci Tuhan
Menundukkan paras wajah dan menyematkan senyuman di dalamnya
Lalu terselip seluruh decak dan kecap yang terutarakan

Tuhan, di tempat ini kita pernah berhenti berdua
Meyakinkan cinta bahwa suatu saat akan bersama
Menyelipkan sebuah potret yang akan kita kenang sampai menua
Ku mohon dengarkan sebuah pinta dan kisah

Kebahagiaan ini sedang ku miliki tanpa siapapun yang berhak menyela
Kau mengantarkan kami pada tempat asri yang penuh kisah di dalamnya
Ku putuskan tengadah tanganku untuk memintaMu merestuinya
Ku putuskan harap ku sematkan tinggi diatas tiang-tiang yang menopangnya

Telah ku temukan sesosok raga yang mengajari tentang sebuah makna tanpa keras nada
Telah ku rajut sebuah scenario yang akan kami jalankan berdua
Jika Kau berkenan ku mohon aamiin-kanlah
Kirimkan sebuah naskah dan scenario yang sudah Kau setujui di bawahnya

Di sebuah tempat yang ku tempuh berdua dengannya
Aku tau jika Kau sedang tersenyum disana melihat kami bahagia
Atau Kau sedang menghapus scenario yang bukan kami berdua pelakunya
Dan menggantinya menjadi aku dan dia sebagai peran utama

Tuhan, jika berkenan …
Setiakan kami sampai maut dan abadi yang menyelami
Kuatkan kami seperti tiang-tiang penyokong pada dinding dan atap-atap langit semesta ini
Persatukan kami tepat pada waktu yang terindah pada kisahnya

Dan jagalah kami
Dalam jarak pada sebuah kota
Yang ada aku dan dia di masing-masing kota

Kau tau Tuhan
Pada setiap doa dan hujan
Aku menitipkan doa padaMu untuknya
Agar aku dan dia selalu bahagia

Selamat sore Tuhan, gadismu yang banyak meminta …



Kamis, 21 November 2013

Pada hujan aku menitipkan sebuah kisah



Pada hujan aku menitipkan sebuah kisah
Tentang seorang pejalan kaki yang tertitah air tanpa cela
Tentang tetesan air yang jatuh dari langit hingga tanah
Tentang sebuah kekecewaan yang tertutupkan senyuman

Seorang anak manusia yang sedang berpeluh kesah
Meratap pada sebuah jendela kaca yang berisikan dia di dalamnya
Tentang sebuah jaitan luka menganga yang masih segar memerah
Ingin menutupkan seluruh bagiannya hingga tak tersisa

Sebuah basahan dari langit-langit matanya
Mencoba keluar dalam balutan air-air nirwana yang turun mencerca
Menyamarkan sembab mata meyamarkan raga yang kecewa
Atas air-air yang tercela dari dinding kelopak mata

Aku sedang mendengarkan dengan seksama
Sebuah cerita yang ia kecewakan
Tentang penghianatan
Tentang hujan yang tak diakui langit
Dan tentang sebuah perkenalan yang berakhir dengan hujatan

Tentang sebuah kisah yang hanya ada dia, Tuhan dan sebuah masa yang indah (Menurutnya)
Tentang dia yang dilupakan seperti tanah yang tersiram hujan
Tentang jalinan yang tak pernah mendapatkan pengakuan

Malang, 22 November 2013


Selasa, 05 November 2013

Kita, Semeja dan Secangkir Cappuccino

Begini, bagaimana jika kita duduk berdua dalam satu meja dan satu cangkir cappuccino hangat? Satu cangkir saja tak usah dua.

Di meja itu aku akan menceritakan semua mimpi dan harapan yang harus ku wujudkan denganmu.

Harus denganmu, jika bukan denganmu. Berarti itu bukan mimpi dan harapanku. Entah bisa dibilang apa.

Di meja itu aku ingin mendengarkan nasehatmu tentang perilaku dan tata kramaku yang mungkin tak pantas menyandang gelar menjadi wanitamu.

Ketika bersama itu aku akan mendengarkan dan memahami semua apa yang ingin kau bicarakan dan kau katakan padaku. Tanpa sungkan.

Ketika semeja denganku kamu boleh membawaku pada duniamu, dan mengajakku mengitari bulatan cangkir cappuccino yang tanpa ujung dan berujung.

Ketika berdua denganku, kamu boleh menjelaskan apa saja. Termasuk hal kecil dan besar yang mungkin sedang kau tutup di dalam ruang yang bernama hati dan pikiran.

Ketika semeja berdua itu, aku mau kamu juga mendengarkanku, aku tak ingin banyak. Aku hanya mau kamu mendengarkanku seperti ini.

Kamu calon orang pertama dan terpenting dalam keluarga nanti, aku tak ingin calonku masih terlelap dan belum terbangun dari kata yang mana keinginan, kemauan dan prioritas tertinggi.

Kamu adalah seseorang yang harus tegas padaku dan pada dunia ketika mereka sedang tak menurut padamu, bahkan malah mempengaruhimu.

Kamu adalah harapan dari sosok anak sulung dalam suatu sistem yang dinamakan keluarga.

Kamu adalah tonggak yang kuukur dengan skala yang ku ciptakan sendiri, maka kamu juga harus tau dan mau, menjaga semua aset yang ada pada dirimu, kesehatanmu.

Kamu adalah sebagian aku, jika rapuhmu adalah penyakit. Ku pastikan itu penyakit menular yang berstadium tinggi. Karena aku pasti akan ikut terjangkit di dalamnya.

Kamu adalah air dalam gersangnyaa musim kemarau bulan Desember. Jika semangatmu menggebu, ku pastikan air itu sedang membasahi gersangnyaa tandus di Desember kemarau. Segar dan menyenangkan.

Sementara untukku, kamu boleh mengisi titik titik disini lagi. Aku tak banyakkan. Aku sepertinya hanya ingin kamu lebih memahami sekelilingmu saja.

Walaupun aku tau, tentang kerinduan, pertemuan dan sayang yang kadang membuat suatu dinding terkokoh harus tergoyahkan.

Lalu secangkir cappuccino ini? Kenapa tak dua saja, agar kita bisa meminum sendiri-sendiri.

Bukan, maksudku bukan itu.

Lihat secangkir cappuccino di depan kita, diatas meja dan di hadapan 2 pasang bola mata kita.

Itu hanya secangkir cappuccino.

Kamu meminumnya, selanjutnya aku.

Rasanyaa akan sama bukan?

Jika kamu rasa pahit aku akan merasakannya.

Jika kamu rasa manis aku akan merasakannya.

Jika kamu rasa cappuccino hangat yang pas aku juga merasakannya.

Inilah yang ingin aku angkat dari secangkir cappuccino untuk kita berdua duduk dalam satu meja.

Apapun yang kamu rasakan, aku harus merasakannya.

Jatuh, sakit, perjuangan, kegagalan, bangkit, cinta, sayang, bosan, rapuh, dan semangat tentang kata yang dinamakan ‘kesuksesan’.

Kita berjalan bersama, memperjuangkan cerita tentang naskah yang dinamakan masa depan.

Bukankah takdir ada yang masih bisa dirubah. Dan aku ingin kita membuat naskah takdir kita berdua. Tentang memperjuangkan dan diperjuangkan.

Saling melengkapi, saling mengisi, saling memahami, dan saling menguatkan.

Jadi apa kamu sudah bisa mengerti? Kenapa aku ingin kamu duduk satu meja denganku bersama satu cangkir cappuccino?

Agar kita merasakan perjuangan menikmati cappuccino.

Dari pembuatan, panas dan menunggu menjadi hangat, ditiup dengan tangan menggenggam cangkir. Meminum, lalu melihat cangkir kosong yang telah kita nikmati berdua. Sama rasa dan selamanya