#PeopleAroundus – DAY3 – Pria Pertemuan Pertama
Ini
adalah kali pertama aku menatap kedua bola matanya. Kali pertama dimana tangan
berjabat dan wajah saut menyambut arti. Dulu? Dulu hanya dalam genggaman bayangan. Dimana
sekarang dia berada tepat satu kaki di depan ragaku, dimana sekarang sebuah
potret yang sering terlihat di layar yang bertuliskan merk sebuah gadget
ternama kini berada nyata dan dapat kusentuh semauku, sesukaku. Ku tatap lekat
dia, dalam aduan antara bola mataku dan bola matanya. Aku tak pernah tau jika
dia akan berada di depanku, di sebuah kota kecil yang kuhuni, dan berpenghuni
sejuta hati yang telah rapuh lalu dikuatkan kembali oleh sosok kuat dalam jarak
yang sering menceritakan dan diceritakan.
Sosok
paras yang dulu pernah berkecap tentang diri yang sedang tergeletak
seperti pesakitan kaku yang sedang mati suri. Gurauan diantara dini hari, diantara para pemimpi yang sudah mencapai puncak halusinasi tertinggi. Dia dan aku masih
terjaga dan masih saja tetap tergeletak dalam balutan sebuah cerita tentang
dirinya dan diriku yang terluka.
Dia
yang pernah berbicara denganku tentang sosok lain yang menjatuhkan diri dalam
pelukan berbalutkan kasih sayang. Dengan mengubur semua sebab dan akibat yang menjadi konsekuensi ketidakpedulian. Dan dalam pertemuanku dia kini bukan lagi sosok kerapuhanyang sedang tergolek dalam cerita di depan tubuhku. Kini bukan lagi tentang sebuah kuncup lain yang sedang dia perjuangkan dengan meminta perantaraku.
Tapi tentang kuncup yang sedang berada di depannya, yang telah menyusup secara pesat pada sebuah tempat yang dinamakan entah, dengan banyak alasan yang tidak bisa diungkapkan. Dengan tertitah menutup cerita, lalu membukanya menjadi sebuah lembar bertuliskan judul baru. Dia yang terlihat begitu sumringah entah benar bahagia atau penampakan saja. Penampakan yang tak ingin mengguratkan kekecewaan di depan kuncup bunga baru. Sebuah deklarasi tentang penutupan kisah kelam. Tanpa pikir panjang dan tanpa tau apa lagi yang akan menghadang. Yang penting tutup saja dulu semua yang pernah terceritakan sebelum pertemuan.
Tapi tentang kuncup yang sedang berada di depannya, yang telah menyusup secara pesat pada sebuah tempat yang dinamakan entah, dengan banyak alasan yang tidak bisa diungkapkan. Dengan tertitah menutup cerita, lalu membukanya menjadi sebuah lembar bertuliskan judul baru. Dia yang terlihat begitu sumringah entah benar bahagia atau penampakan saja. Penampakan yang tak ingin mengguratkan kekecewaan di depan kuncup bunga baru. Sebuah deklarasi tentang penutupan kisah kelam. Tanpa pikir panjang dan tanpa tau apa lagi yang akan menghadang. Yang penting tutup saja dulu semua yang pernah terceritakan sebelum pertemuan.
Dia
yang sekecap lidah langsung merangsak dari puruk menjadi tawa kini terkihat
lebih bahagia. Lebih terlihat memiliki tawa, dengan cerita dan alasan yang bernamakan
aku. Walaupun tak lama harus tetap meninggalkan kuncup itu kembali di tempatnya dan melanjutkan suatu kisah lain di depan mata. Disana tempat yang jauh, yang tak teraba oleh mata.
Pertemuan
sekecap lidah dan kesayangan dalam balutan cerita. Pria pertemuan pertama. Apakah kau mengingatnya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar