Senin, 03 Juni 2013

Harusnya Merah Itu Berani



Hai merah jelita auramu memancarkan keberanian yang hakiki adanya, tanpa guratan noda
Merah membara yang membangunkan nada yang begitu indah merangkai sebuah halusinasi cerita
Darah, hati, apalagi gambaranmu yang begitu sangat penting dalam keadaan seperti ini.
Hai hati kenapa kalut mengganggumu lagi?
Kau pecahkan serumpah tangismu untuk orang yang tak penting lagi.
Lihat dia yang selalu menjadi acuan hidupmu tak pernah sedikit pun membuat airmata mu jatuh.
Salahnya siapa kau telah mendekati perasaan yang bernama cinta sebelum waktunya?
Hei merah, sekarang warna bukan lagi kesukaanku , aku tak lagi menyukai merah yang ada padamu , sama sekali tidak , aku menyukai kamu yang berada di dalamnya yang mengagumi merah.
Keberanianmu juga tlah mengungkap kata bahwa kau pemberani seperti merah itu.
Bolehkah mengadu jika setiap detik berganti menit,
Menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti minggu,
Yang kau ungkapkan hanya goretan luka lama yang masih menyala merah.
Dengar jeritan hati yang tak peka akan logika yang terus meronta.
Kamu adalah satu kesatuan hati, raga, mata dan telinga
Ketika salah satu diantara kalian tergores, yaa beginilah pasti ada yang memberontak dengan keadaan.
Merah, kembalilah!! kita pulihkan bersama.
Dengan atau tanpa dia kamu masih bisa bersama memerahkan semangatmu dan membuat dunia di genggamanmu bukan dunia yang mengenggammu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar