Hai merah
jelita auramu memancarkan keberanian yang hakiki adanya, tanpa guratan noda
Merah membara
yang membangunkan nada yang begitu indah merangkai sebuah halusinasi cerita
Darah, hati,
apalagi gambaranmu yang begitu sangat penting dalam keadaan seperti ini.
Hai hati kenapa kalut mengganggumu lagi?
Kau pecahkan serumpah tangismu untuk orang yang tak
penting lagi.
Lihat dia yang selalu menjadi acuan hidupmu tak
pernah sedikit pun membuat airmata mu jatuh.
Salahnya siapa kau telah mendekati perasaan yang
bernama cinta sebelum waktunya?
Hei merah, sekarang warna bukan lagi kesukaanku ,
aku tak lagi menyukai merah yang ada padamu , sama sekali tidak , aku menyukai
kamu yang berada di dalamnya yang mengagumi merah.
Keberanianmu juga tlah mengungkap kata bahwa kau
pemberani seperti merah itu.
Bolehkah mengadu jika setiap detik berganti menit,
Menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti
minggu,
Yang kau ungkapkan hanya goretan luka lama yang
masih menyala merah.
Dengar jeritan hati yang tak peka akan logika yang
terus meronta.
Kamu adalah satu kesatuan hati, raga, mata dan
telinga
Ketika salah satu diantara kalian tergores, yaa
beginilah pasti ada yang memberontak dengan keadaan.
Merah, kembalilah!! kita pulihkan bersama.
Dengan atau tanpa dia kamu masih bisa bersama memerahkan
semangatmu dan membuat dunia di genggamanmu bukan dunia yang mengenggammu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar