NB : Hei blogger, “noted”
ini kali ini bukan Dea yang menulisnya. Tapi ada salah satu teman Dea yang
harus melawan jarak dan rindu karena perbedaan tampat dan waktu. Mungkin tak
semua insan bisa menjalani hubungan yang dinamakan Long Distance Relitionship
ini. Bahkan ada banyak diantara mereka yang bisa menyalah gunakan kepercayaan
yang pasangan mereka berikan. Tapi bagi dee, semua itu tergantung kita yang
menjalani dan melakukannya. Dan sahabat baru dee ini yang mengajarkan tentang
Long Distance dan harapan tentang masa depan.
Ditulis Oleh Sahabat
Baruku gadis berjilbab Rizka Azzahra
Teruntuk Pangeran
yang Jauh di Timur sana, Enjoy reading ^^
Selamat pagi,
selamat siang dan selamat malam pangeranku.
Apa kabar kamu hari
ini? Sedang apa, dimana dan dengan siapa? Apakah kamu merindukanku? Iya aku
mungkin yang merindukanmu. Sepertinya kamu sudah bosan dengan semua pertanyaan
ku itu setiap harinya dan jujur aku pun merasa bosan menanyakan itu setiap
harinya. Memang semua itu membosankan, kita hanya saling bertukar kabar dan cerita
tanpa ada kontak nyata "kita" dalam sebuah cerita. Dalam sebuah
kehidupan nyata bukan melalui perantara.
Jarak memang terkadang punya peran yang sangat jahat.
Jarak memang terkadang punya peran yang sangat jahat.
Dia terus menikam
dengan berjuta-juta rasa rindu setiap harinya, sampai terkadang aku muak dengan
rinduku sendiri. Entah kapan rindu ku dan rindu mu akan bertemu dalam sebuah
pelukan nyata, bukan hanya dalam bayangan dan emoticon atau beberapa kata yang
kita ungkap melalu sebuah benda kecil bernama handphone. Ahh, aku jadi pemuja
handphone untuk tau tentang kabarmu.
Maaf kalau kini emosi ku makin labil dan kadar ke egoisan ku meningkat.
Maaf kalau kini emosi ku makin labil dan kadar ke egoisan ku meningkat.
Tapi ketahuilah itu
adalah bentuk lain dari pelarian rindu yang tidak kusadari dalam emosiku. Aku
tidak tau mengapa rindu kini sering berubah menjadi emosi dan kecemburuan yang
berlebihan, apa karena kadar rinduku yang sudah sangat tinggi ataukah aku yang
sudah mulai lelah dengan semua ini.
Tapi lagi-lagi kamu
selalu punya cara untuk menguatkan ku, menahan ku sampai aku merasa mampu
bertahan dengan mu. Dengan semua keadaan dan jarak yang begitu menyiksa.
Terimakasih pangeranku
telah menguatkan dengan kata-kata bijak mu yang begitu menenangkan, dengan
canda mu yang memecah kemarahanku dan janji-janjimu yang membuatku sering
berhayal tentang masa depan. Masa depan yang kita karang indah berdua.
Memang terlalu dini bagi kita untuk merancang masa depan.
Memang terlalu dini bagi kita untuk merancang masa depan.
Aku belum begitu
mengenalmu dan aku rasa kamu pun begitu, tapi entah kenapa kamu sering membisikkan ku tentang masa depan. Mengajakku terbuai dalam khayalan ke
masa depan. Tentang kita, tentang mimpi kita berdua. Yaa, aku dan kamu.
Bukan sekali dua
kali kau bercerita tentang lamaran dan pernikahan.
Aku bahkan sampai
tidak bisa lagi menghitungnya. Semudah itukah kita bisa melewati waktu yang tak
bisa kita hitung dan tidak bisa kita hentikan datangnya kapan.
Panggeran ku
berhentilah membisikan ku tentang masa depan, berhentilah membuat ku berkhayal
tentang hidup ku yang bahagia denganmu dan buah hati kita.
Aku tidak ingin
semua khayalan ini hanya akan menjadi sebuah khayalan saja. Jalani saja dulu
semua ini sampai kita sudah merasa mampu untuk melalui semua, aku yakin Tuhan
pasti punya jalan yang terbaik untuk kita.
Biarkan sekarang
kita berjuang melawan jarak dan waktu.
Biarkan sekarang
kita terpaut rindu hingga emosi membiru.
sampai pada akhirnya
Tuhan tau dan yakin.
Bahwa kita mampu
bertahan dan ditempatkan disebuah podium kemenangan yang bernama “Pernikahan”.
Hay Pangeranku, air
dan tanah yang telah memisahkan keberadaan kita :’)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar