Kamis, 23 Mei 2013

Kita, Jarak, Waktu dan Khayalan Masa Depan - Rizka Azzahra



NB : Hei blogger, “noted” ini kali ini bukan Dea yang menulisnya. Tapi ada salah satu teman Dea yang harus melawan jarak dan rindu karena perbedaan tampat dan waktu. Mungkin tak semua insan bisa menjalani hubungan yang dinamakan Long Distance Relitionship ini. Bahkan ada banyak diantara mereka yang bisa menyalah gunakan kepercayaan yang pasangan mereka berikan. Tapi bagi dee, semua itu tergantung kita yang menjalani dan melakukannya. Dan sahabat baru dee ini yang mengajarkan tentang Long Distance dan harapan tentang masa depan.
Ditulis Oleh Sahabat Baruku gadis berjilbab Rizka Azzahra
Teruntuk Pangeran yang Jauh di Timur sana, Enjoy reading ^^

Selamat pagi, selamat siang dan selamat malam pangeranku.

Apa kabar kamu hari ini? Sedang apa, dimana dan dengan siapa? Apakah kamu merindukanku? Iya aku mungkin yang merindukanmu. Sepertinya kamu sudah bosan dengan semua pertanyaan ku itu setiap harinya dan jujur aku pun merasa bosan menanyakan itu setiap harinya. Memang semua itu membosankan, kita hanya saling bertukar kabar dan cerita tanpa ada kontak nyata "kita" dalam sebuah cerita. Dalam sebuah kehidupan nyata bukan melalui perantara.

Jarak memang terkadang punya peran yang sangat jahat.

Dia terus menikam dengan berjuta-juta rasa rindu setiap harinya, sampai terkadang aku muak dengan rinduku sendiri. Entah kapan rindu ku dan rindu mu akan bertemu dalam sebuah pelukan nyata, bukan hanya dalam bayangan dan emoticon atau beberapa kata yang kita ungkap melalu sebuah benda kecil bernama handphone. Ahh, aku jadi pemuja handphone untuk tau tentang kabarmu.

Maaf kalau kini emosi ku makin labil dan kadar ke egoisan ku meningkat.

Tapi ketahuilah itu adalah bentuk lain dari pelarian rindu yang tidak kusadari dalam emosiku. Aku tidak tau mengapa rindu kini sering berubah menjadi emosi dan kecemburuan yang berlebihan, apa karena kadar rinduku yang sudah sangat tinggi ataukah aku yang sudah mulai lelah dengan semua ini.

Tapi lagi-lagi kamu selalu punya cara untuk menguatkan ku, menahan ku sampai aku merasa mampu bertahan dengan mu. Dengan semua keadaan dan jarak yang begitu menyiksa.

Terimakasih pangeranku telah menguatkan dengan kata-kata bijak mu yang begitu menenangkan, dengan canda mu yang memecah kemarahanku dan janji-janjimu yang membuatku sering berhayal tentang masa depan. Masa depan yang kita karang indah berdua.

Memang terlalu dini bagi kita untuk merancang masa depan.

Aku belum begitu mengenalmu dan aku rasa kamu pun begitu, tapi entah kenapa kamu sering membisikkan ku tentang masa depan. Mengajakku terbuai dalam khayalan ke masa depan. Tentang kita, tentang mimpi kita berdua. Yaa, aku dan kamu.

Bukan sekali dua kali kau bercerita tentang lamaran dan pernikahan.

Aku bahkan sampai tidak bisa lagi menghitungnya. Semudah itukah kita bisa melewati waktu yang tak bisa kita hitung dan tidak bisa kita hentikan datangnya kapan.

Panggeran ku berhentilah membisikan ku tentang masa depan, berhentilah membuat ku berkhayal tentang hidup ku yang bahagia denganmu dan buah hati kita.
Aku tidak ingin semua khayalan ini hanya akan menjadi sebuah khayalan saja. Jalani saja dulu semua ini sampai kita sudah merasa mampu untuk melalui semua, aku yakin Tuhan pasti punya jalan yang terbaik untuk kita.

Biarkan sekarang kita berjuang melawan jarak dan waktu.
Biarkan sekarang kita terpaut rindu hingga emosi membiru.
sampai pada akhirnya Tuhan tau dan yakin.

Bahwa kita mampu bertahan dan ditempatkan disebuah podium kemenangan yang bernama “Pernikahan”.

Hay Pangeranku, air dan tanah yang telah memisahkan keberadaan kita :’)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar