Senin, 22 April 2013

Atau, Apakah Ini Pertanda Bahwa Allah Tak Suka??



“Entahlah aku benar-benar sudah takut, benar-benar sudah iri , iri dengan keadaanku yang dulu. Dimana aku? Aku yang dulu begitu begitu senang jika bermimpi tentangnya. Dan bukannya aku juga slalu mengharapkan untuk selalu bermimpi dengannya??
Iya  inilah aku dengan seribu mimpiku yang seperti nyata. Yang entah darimana datangnyaa dan asalnya. Yang aku tw sekarang aku harus berusaha, iyaa berusaha sekuat hatiku untuk melepaskannya. Melepaskannya dari genggaman hatiku. Aku tak ingin lagi terjebak dalam baying-bayang kefanaan yang tak mungkin bisa aku dapatkan. Semuanyaa ada karena izin dan kehendak Allah  jadi sekarang biarkan aku pergi dan melepasnyaa karena Allah. Walaupun aku tau, hanya aku yang merasakan perasaan ini. Bukan dia, iyaa bukan dia yang aku harapkan kehadirannya. Hanya aku sendiri disini.
Sedikit semuku yang berujung pilu, ingin ku hempaskan tubuh, berlabur air yang bisa memenuhi tubuhku. Agar aku tw sesak termakan seglonggong air yang menerkam hati.

Aku berusaha menghibur diriku sendiri membuatku lupa akan cinta semu yang ku atas namakan Allah, tapi tak pernah aku dapatkan Allah yang selalu berada dalam relungku. Yang selalu mengisi hari-hariku untuk mendapatkan ridho darinya. Suatu malam yang lalu aku tertidur dikamarku. Dengan entah apa yang kupikirkan entah apa yang sudah aku bayangkan sebelumnya atau entah apa yang sudah aku bayangkan kemarin.
Sepertiga malam, bukannya aku meminta ridho dan bercerita dengan-Nya. Aku malah sibuk pindah tempat tidur bergulat bersama bantal dan guling yang mengalihkan kewajiban dan tugasku. Entahlah apa gambaran yang diberikan-Nya padaku.
Aku seperti dalam keadaan nyata aku bukan dan tidak sedang bermimpi bersama dia dan dia. iyaa dia yang mengusik jiwaku hampir menginjak dua belas bulan ini, dulu jangankan aku pernah bermimpi tentangnyaa. Mengingat dia saja pun aku sudah lupa.
Entah karena apa, iya entah karena apa sampai sekarang aku sudah berusaha keras menghapus hal yang dinamakan fitrah ini. Aku sudah mengalihkan semua perhatianku tentangnyaa. Tentang dia yang selalu menegurku dikala aku salah.
Senja gelap di lusa petang kemarin, aku tertidur dalam bayangan nyata seperti kejadian aslinya. Harapan lebih yang telah sirna membuat aku harus mengubur rapat dan dalam hal yang ku inginkan. Hanya satu bukti cinta, nanti ketika kita bersama akan kuberi tahu semuanyaa.

Sendiriku, bukannya kamu yang aku harapkan hadir di dalam rumah mungilku yang beratapkan kain kain alam yang kusam, jika siang seperti tertembus bintang-bintang.
Malah aku yang bersambang dirumahmu dengan saudaraku dan temannya. Aku duduk diruangan yang dinamakan ruang tamu. Entah apa yang aku pikirkan sepertinya aku hanya berharap bertemu dan berbicara denganmu. Hingga entah pukul berapa, kau akhirnya duduk bersama kami. Awal pertama kita berbicara, inikah yang dinamakan bahagia? Aku seperti baru merasakannya.
Sebelum aku datang ternyata sudah ada dua perempuan lain yang entah dia sebagai teman atau saudara yang mempunyai niat dan tujuan yang sama sepertiku.
Aku sedikit mendengarkan pembicaraanmu walaupun sama-samar. Kamu mengatakan masih menginginkan aku dan dia. Entah dia siapa? Yang aku tw ada dua perempuan yang bertamu sama sepertiku.
Setelah kamu tinggalkan aku diruang tamu sendirian kamu kembali, masih dengan dua perempuan yang sama denganmu. Tapi wajah mereka dan wajahmu sudah berubah dengan senyum yang begitu indah dan dengan sebuah buku ditangan perempuan itu.
Ahh, betapa aku tidak menyangka. Kamu ternyata ingin melamarku kamu ingin aku menjadi istrimu, tapi dengan syarat yang harus aku penuhi.
Kenapa aku tak memberikan syarat padamu?? Iyaa karena aku sudah yakin bahwa aku takkan salah memilih.
Aku takkan pernah salah memilih dirimu yang  sudah aku tau bagaimana kualitasmu.
Mungkin ketika itu dunia sedang berputar dan malaikat sedang turun, kulihat semua orang begitu indah dengan senyumannya. Mereka seperti mengikhlaskan kamu menyandingku karena Allah.
Satu perempuan itu berbicara denganku “dia akan segera melamarmu, jika kamu sudah bisa menghafalkan beberapa ayatdan surat yang ada di buku ini. Kamu minta dberi waktu berapa hari?’ ucapnyaa.
Aku yang begitu senang dan girang langsung menjawab tanpa ragu bahwa aku hanya membutuhkan waktu tiga hari, iyaa tiga hari saja.
Terlihat kamu masih menyunggingkan senyummu untukku.
Ohh betapa senangnyaa aku. Apa yang selama ini aku dambakan, aku harapkan dan selalu terlantun dari setiap ayat dan doa yang aku lantunkan terwujud sudah.
Begitu terasa pendek waktu yang aku lalui denganmu. Kita berjalan bersama tetap dengan saudara dan dua perempuan itu. Kita berbincang tentang kita sendiri. Sudah bukan angan-angan lagi sekarang kamu berada disampingku. Kamu berada disampingku dan kita sudah berbincang. Hal yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya.
Senja berganti waktu sepertinya kita sudah digiring pulang oleh sang Pencipta.
Dirumahmu terlihat bibi, bibi??
Bibi yang menerima paketku. Dan dia tau bahwaa aku adalah pengirimnya,paket yang sudah lama aku kirimkan untukmu tanpa nama.
Ahh,ternyata kamu juga sudah tau bahwa paket itu dari aku.
Dua perempuan itu masih menatapku dengan keadaan yang sama. Tapi bibi begitu menyukaiku dia seperti tau perasaanku.
Aku aku yang terlalu senang dengan syarat lamaranmu, aku ingin segerapulang, aku ingin segera mengakhiri hari ini dan iyaa aku ingin segera menghafalkan ayat dan surat ini.
Agar nanti tiga hari lagi, kau datang untuk memintaku pada orangtuaku.
Pamitku pulang belum terlontar dan terucap..
“Ahh, sudah pukul 6 ternyata”.
Seketika aku sadar, seketika aku ingin menangis dan seketika itu pula aku ingin berteriak.
Scenario ini hanya mimpi, scenario ini hanya bunga tidur.
Lantas apaa? Apakah aku harus bahagia? Atau apakah aku harus bersedih?
Aku begitu merasakan nyata di dalam pelupukku sendiri.
Aku begitu merasakan indah dalam mimpi yang telah ku anggap nyata itu.
Atau, apakah ini pertanda bahwa Allah tak suka??
Secepatnya aku mungkin harus segera beranjak pergi".
                                            Malang,    Duapuluhdua April Duaribu Tigabelas  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar