Rabu, 12 Desember 2012

Keputusan Hati tak Berarti



KEPUTUSAN HATI TAK BERARTI
Mentari tampak malu memunculkan diri, malam telah pergi, sementara gelap masih belum mau berpaling. Kulibas tirai putih di penghujung kamarku, kuarungi buku demi buku yang berserakan dan ku tata rapi. Kubuka pintu kamar, kulempar pandangan ke sekeliling rumah mungil ini.
Masih teringat dalam memoriku pemuda yang membantu mendorong sepedaku kemaren saat si  putih mogok ditengah jalan. Ternyata masih ada pemuda cakep sebaik dia ya, mau bantuin aku lagi. Bodohnya kenapa aku ngga tanya nama atau sekedar nomer hp-nya ya?  Yah, emang kesempatan ngga dateng dua kali deh.
Lama berselang, tiba-tiba dari arah luar kamar mandi kudengar suara ibu memanggilku ,”Dea ada Okka diluar!”
“Iya bu, Dea udah selesai mandi kok,” suaraku menjawab ibu.
Okka sahabat karibku dan kami sudah berteman sejak kami duduk dibangku SMA. Tapi kami sudah jarang bertemu sejak kami sudah sibuk dengan kuliah masing-masing.
Kuhampiri Okka seraya berkata ,”Hei Okka tumben datang pagi kerumah.”
“Hehe iyaa suntuk dirumah, jalan yukk,” jawabnya sambil menarik lenganku menuju kamar.
“Ayo mumpung aku lagi libur juga nih, kita lama ngga jalan berdua,” Jawabku pada Okka.
Ku ganti bajuku dengan warna yang senada dengan baju Okka, kuraih kerudung merah jambu didekat meja belajar, kurapikan badanku didepan cermin dan kuraih tas putih diatas kursi. Kubuka pintu kamar, kulihat ibu sedang merapikan meja makan, sementara tubuh gagah ayah tak kutemukan lagi di dekat meja makan.
“Ayah sudah berangkat bu ?” tanyaku padanya.
“Sudah, baru saja nak. Kamu mau kemana de?” Tanya ibu padaku.
“Mau keluar sebentar bu, ini nemenin Okka jalan-jalan,” jawabku pada ibu.
“Okka nggak makan dulu disini ?” Tanya ibu pada Okka
Okka menoleh pada ibu dan menjawab, “Sudah bu, tadi Okka udah makan dirumah”.
“Ya sudah kalian hati-hati yah!” Pinta ibu pada kami.
“Siap ibu,” jawabku dan okka Kompak.
***
Sesampainya kami dipusat perbelanjaan di daerah Kemayoran, kami langsung melihat-lihat kerudung yang selalu menjadi tempat favorit kami ketika asik berbelanja. Setelah asyik berbelanja kulihat raut wajah Okka yang mulai riang usai kami tertawa dan berjalan-jalan bersama.
“Makan yuk ka,” ajakku padanya.
“Ayo aku juga udah laper nih. Kita ketempat biasanya aja ya !” jawab Okka padaku.
Kami memilih tempat makan di cafe paling pojok, tempat kami ketika SMA sering menghabiskan waktu bersama.
Setelah memesan makanan dan minuman kulihat Okka sibuk memandang seorang didepan meja kami.
“Kamu lihat apa sih?” tanyaku pada Okka.
“Kamu lihat nggak mas-mas yang didepan kamu itu?” tanya Okka kembali padaku.
“Yang mana sih ka?” Jawabku bingung.
“Ituloh yang pakai kemeja warna putih,” jelas Okka padaku.
“Oh iya kenapa?” Tanyaku ulang padanya.
“Perasaan daritadi kita masuk sampai kita duduk disini, mas itu ngeliatin kita terus deh. Kayanya dia naksir deh sama kamu hehe ,” ucap Okka padaku jelas.
“Haha ada-ada aja kamu itu!” jawabku seperti tak percaya.
Kulihat lagi mas yang berada di depan mejaku, sepertinya aku mengenal dia. Siapa ya dia?.
“Ihh kamu ini dibilangin mana pernah percaya sih sama aku ini,” sanggah Okka padaku.
Setelah makan aku dan okka pun bergegas pergi pulang dan meninggalkan cafe.
“Gruuubyyaaakk!” seraya aku jatuh saat berjalan.
“Aduh, kalo jalan lihat-lihat dong! Masa orang segini gedenya masih ditabrak aja sih,” ucapku sembari berdiri.
“Maaf mbak, kamu nggak papa?” Tanya pemuda itu padaku.
“Ya sakitlah, lainkali hati-hati dong kalo jalan!. Tunggu deh, Mas ini yang dulu bantu aku benerin si putih waktu mogok itu kan,” tanyaku padanya.
“Oh iya mbak yang punya sepeda motor putih itukan, maaf ya mbak saya nggak sengaja!” jawabnya padaku.
“Iya makasih ya mas, kemaren udah bantu saya benerin motor! Ehm nggak papa kok tenang aja,” ucapku padanya.
“Iya mbak sama-sama, sekali lagi maaf ya mbak” pintanya padaku.
“iya ngga papa mas. Saya duluan ya mas!,” pamitku padanya.
Aku pun bergegas pergi dengan okka menuju tempat parkir. Perasaan senang bisa bertemu mas itu lagi tapi bodohnya aku, kenapa aku tak berkenalan lagi dengan mas itu hash!!.
“Sampai sini saja ya aku de,” pamitnya padaku.
“Iya ka, kamu ngga mampir dulu?” tanyaku padanya.
“Nggak deh de, takut kesorean. Assalamualaikum,”jawabnya.
“Waalaikumsalam hati-hati yah ka,” pesanku padanya.
Mentari telah menatap pergi, gelap mulai merajai langit, dan angin mulai berhembus riang seraya ditemani bintang-bintangyang menata diri.
Kubaringkan tubuhku diatas pembaringan kamar, kutatap langit-langit kamar. Terbersit wajah pemuda itu lagi diingatanku, kapan ya mas itu bertemu denganku lagi. Ah kalo jodoh nggak kemana! kali aja Allah mempertemukanku lagi denganya suatu saat.
Kurangkai mimpi indah malam ini dan berharap semoga Allah mempertemukanku lagi denganya esok atau lusa, dan praktikumku esok bisa selesai dengan baik.
                                                                                             &nsp;  ***
Suara merdu alunan adzan subuh membangunkanku pagi ini, bergegas aku bangun dari tempat tidurku dan bersiap-siap untuk mandi.
Aku pun bergegas menuju kampus, bersama si putih motor kesayanganku berharap bisa sampai tujuan dan nggak terjebak macet. Kapan si Jakarta pernah nggak macet, paling waktu lebaran aja.
Sesamapainya di kampus, ku parkir si putih didekat pohon mangga berharap agar putih tak langsung terkena matahari. Tiba-tiba seperti ada yang menyorot dari arah lorong di depan parkiran motor ini. Sepertinya aku tak asing lagi dengan wajah pemuda didepan lorong itu. Ya ampun mas itu yang menolongku kemaren dan menabrakku saat di cafe. Tapi apa iya dia di fakultas ini juga, bukanya 5 semester aku disini aku tak pernah melihat raut mukanya sama sekali ? Kenapa aku baru melihatnya saat kita bertabrak`n kemaren? Wah semoga mas itu berharap juga untuk berkenalan denganku dan menemuiku.
Setelah selesai praktikum aaku langsung menuju parkiran, ingin puulang cepat karna cuaca yang sangat amat menusuk kulit, panasnya! Ketika tiba diparkiran sontak aku terkaget melihat pemuda itu sudah berada dekat dengan si putih motorku.
Dia pun menghampiriku dan memperkenalkan diri padaku, dia bernama Rafli dan mahasiswa fakultas kedokteran semester lima juga. Dan kami bertukar nomer handphone, aku berpamitan pulang bersama si putih.
Penat menggelayuti pundakku seperti dia tw seharian aku telah sibuk, seperti malaikat yang menulis semua aktivitasku seharian. Badan rasanya seperti ingin langsung berbaring, enggan beranjak walau hanya untuk turun makan, enggan bangun walau hanya untuk melangkah ke kamar mandi.
Insyaallah insyallah insyallah ada jalan..
Nada handphoneku berdering keras kulihat dilayar sepertinya aku tak mengenal nomer asing ini.
“Assalamualaikum,” jawabku mengangkat telefon.
“Waalaikumsalam,” jawab seseorang diseberang.
“Maaf ini siapa yah?” tanyaku bingung.
“Aku Rafli De, masih ingat ?” jawabnya
“Oh iya ingat. Ada apa ya raf ?” tanyaku
“Cuma pengen mastiin  klo yang punya nomer ini kamu,” jawabnya seperti aneh ditelingaku.
Aku dan Rafli pun saling berkenalan dan menceritakan kejadian waktu itu di cafe sampai aku merasa nyaman berbicara denganya.
TRIIING....
Nada handphoneku berbunyi kulihat satu sms dari Rafli buru-buru aku mengambilnya dan membacanya.
Selamat malem Dea,
Makasih ya dah mau angkat telefonku, Mimpi indah besok aku tunggu dikantin kampus ya. See you .
Ahh senangnya ternyata Rafli tak seburuk yang kukira saat di cafe. Hhem mimpi indah juga malam ini. See you tomorrow Rafli.
***
Mentari cerah bersinar menyelinap disela-sela jendela kamarku. Sepertinya ia tau pagi ini aku sangat ceria dan sudah bersiap menemaaniku menuju kampus.
Setelah kami berjanjian bertemu di kantin kampus, aku dan Rafli melanjutkan jalan-jalan ke toko buku. Sekalianlah aku mau mencari buku referensi untuk tugasku.
Aku dan Rafli mulai sering bertemu, mulai sering bertanya kabar dan dia sperti menaruh perhatian lebih padaku. Setiap hari dia menjemputku dan mengantarku pulang setiap aku ingin kemana pun dia selalu mengantar dan menemaniku, dia seperti bayanganku yang ada bersamaku.
Walau memang pertemuan dan perkenalan kami memang tak pernah disengaja tapi inilah garis cerita yang diciptakan untukku.
Sudah 1 bulan ini aku dan Rafli selalu kemana-mana bersama, dia mulai sering datang kerumah.
Malam itu dia datang kerumah dengan mnggunakan kemeja lengan pendek warna abu-abu, memakai jaket kulit yang waktu itu dibelinya bersamaku. Terlihat tampan dan sangat manis.
“Dea aku mau ngomong sama kamu,” ucapnya padaku.
“Besok aku ada acara reuni sama temen-temen SMAku, kamu ada acara ? Bisa  temenin aku?” tayannya mengajakku.
“Bisa kok aku besok nggak ada acara! Jam berapa kamu mau jemput aku?” jawabku senang padanya.
“Jam 7 aku jemput kamu. Tapi aku ada 1 permintaan lagi sama kamu,” tanyanya padaku.
“Apa?” tanyaku padanya.
“Aku pengen kamu pake gaun ini,” sembari dia menyodorkan kotak merah padaku.
Kubuka kotak merah yang ada didepan pangkuanku, setengah bertanya-tanya dalam hati kenapa harus memakai gaun pemberian darinya? Kenapa harus memakai baju dari dia.
Hahhhhh.
“Aku berkerudung Raf, kenapa harus memakai gaun pemberianmu ini yang membuatku tak bisa menggenakan kerudungku,” jawabku setengah terkaget padanya.
“Aku selalu menuruti semua kemauanmu De, aku selalu ada saat kamu membutuhkanku , aku selalu menemanimu kemana pun kau mau,” jelasnya padaku
“Aku nggak bisa Raf kalo kamu mau mengajakku pergi ke acara reunimu, aku akan menggenakan kerudungku ini,” jawakbku panjang kepadanya.
“Kenapa baru sekarang kamu menyuruhku untuk membuka kerudungku? Padahal kita sudah bersama sebulan ini. Bukannya kamu tak pernah mempermasalahkan aku menggunakan kerudungku ini daridulu. Kenapa sekarang kamu berubah?” tanyaku sembari sedkit nada marah kepadanya.
“Karna aku sayang kamu dan aku mau yang terbaik buat kamu. Aku hanya memohon besok malam saja tolong gunakan gaun itu saat acara bersamaku,”  pintanya padaku.
Aku menyuruhnya pulang malam itu, dengan pertanyaan penuh sesak dihatiku, seperti aku tak percaya kalau malam ini Rafli akan mengatak semua itu padaku, hal yang tak pernah ada dibayanganku tak pernah tersirat sedikit pun dibenakku. Aku merasa Rafli tak akan pernah mempermasalahkan keadaanku dan takkan pernah memikirkan penampilanku.
Aku terlanjur menyanyangi Rafli aku terlanjur nyaman didekatnya, tapi apa aku harus mengorbankan apa y`ng menjadi prinsip?  Apa hanya karena Rafli aku melakukanya?
Ya Allah apa yang harus aku lakukan,  Apa aku harus menerima permintaanya ?
TRIIIIIINGGGGG...................
Nada sms hapeku berbunyi. Kulihat nama Rafli muncul dari layar hape.
Semoga kamu menerima ajakanku besok malam De.
Aku tau mungkin ini nggak mudah buat kamu. Tapi aku hanya ingin kamu terlihat lebih menarik di depan temanku yang lain.
Betapa bingungnya aku malam ini, seperti ada 2 pilihan yang tak mungkin aku meninggalkanya. Tapi apa yang bisa aku lakukan kalo tidak bisa mengambil pilihan.
Kutarik lampu meja dikamarku, dan gelap menyelimutiku hingga aku terlelap malam itu, ditemani rasa bingung yang membuatku merasa ingin lari dan berteriak kencang.
Keesokan senja aku masih berdiam diri dikamar, tak pergi ke kampus atau pun sekedar pergi ke toko buku bersama Rafli. Dengan sejuta rasa yang mungkin di mata semua orang salah atau pun allah juga membenciku tapi aku juga tak mau menyakiti hati Rafli aku terlanjur menyayanginya.
Aku pun menuruti ajakanya menghadiri reuni SMA, ku kenakan gaun yang diberikan Rafli kepadaku. Seisi rumah sempat bertanya padaku, kenapa aku rela melepas jilbabku hanya untuk pergi bersama orang yang baru beberapa bulan aku kenal. Kenapa aku rela melakukan permintaanya padahal itu sama saja mengatur kehidupanku.
“Kamu cantik malam ini,” ucapnya memujiku.
“Makasih,” dengan muka yang sama sekali tak berekspresi senang.
Acara reuni belum berakhir tapi jam sudah menunjukkan hampir tengah malam. Aku meminta pada Rafli untuk segera mengajakku pulang atau aku akan pulang sendiri tanpanya.
Rafli pun meninggalkan acara bersamaku tanpa menghiraukan acara di sana yang masih ramai dan sangat meriah.
Di dalam mobil aku hanya diam saja, tak berniat untuk mengajak Rafli berbicara atau pun menjawab semua pertanyaanya padaku.
Ohh bodohnya aku, kenapa aku harus mau menuruti omongan Rafli kenapa aku harus menuruti logikaku bukan kata hatiku
Kenapa aku harus melepas jilbabku untuknya? Ahh nasi telah menjadi bubur, semuanya telah terjadi.
Brrrrmmmmmm....
Dimatikanya gas mobil didepan rumahku, aku bergegas turun tapi Rafli menahanku.
“Makasih ya malam ini kamu udah mau nemenin aku,” ucapnya
“Kenapa kamu daritadi diem aja sih? Kamu nyesel udah jalan berdua sama aku?” tanyanya lagi.
“Ngga kok aku masuk dulu yah, udah malem. See you, hati-hati ya dijalan,” ucapku padanya
Kuterdiam dimakan habisnya bayangan mobil Rafli yang sudah lenyap diantara perempatan jalan.
Malam ini tidak seperti malam-malam yang lain, aku tak tau apa yang telah aku rasakan dan apa yang telah aku lakukan seperti aku benar-benar merasakan dilema yang begitu besar.
***
Insyallah insyallah ada jalan ..
Kutengok hp-ku bebunyi, terlihat foto Okka muncul dari layar hpku.
“Assalamualaikum, ada apa ka? Tumben malem-malem telefon?” tanyaku pada Okka.
“Waalaikumsalam. Habis kemana kamu kemaren?  Kenapa nggak pernah cerita sama aku kalo kamu udah kenalan sama mas yang ketemu kita di cafe. Kenapa kamu lepas kerudungmu de? Kamu udah nggak ngganggep aku sahabatmu lagi,” tanya okka bertubi-tubi padaku seperti ingin menghukumku.
Tau darimana okka aku kenal dengan Rafli, tau darimana okka kalo aku melepas kerudungku bersama Rafli.
“Tunggu ka, ini nggak seperti yang kamu fikirin. Aku emang belum cerita ke kamu tapi emang aku bakalan cerita ke kamu suatu saat,” jawabku pada okka.
“Setelah semua orang tau kalo kamu udah buka kerudung dan pergi malem-malem ke acara reuni Rafli, mikir de!! Sekarang semua orang udah nganggep kamu bisa dijadiin bonekanya Rafli. Kenapa kamu nggak pernah cerita sama aku. Mulai hari ini jangan hubungin aku lagi sampai kamu bener-bener ngerti posisi kamu sekarang,” gertak okka padaku.
“Kamu tau darimana ka kalo aku buka kerudung ke acara reuni Rafli ?” tanyaku pada okka.
“Semua juga udah tau kali de. Lihat aja account Fbmu, aku gini karna aku sayang sama kamu. Dan aku ga mau kamu salah kenal orang. Kamu belum tau betulkan Rafli kayak apa orangnya. Assalamualaikum,” seraya dimatikannya telfon itu.
“Waalaikumsalam,” kututup telefon dari okka, tak terasa tetes airmataku jatuh disela-sela pipi.
Sudah seminggu aku tak pernah pergi ke kampus, sejak aku pergi dengan Rafli ke acara reuni bersama teman-temannya, sejak okka tak ingin mengenalku lagi selama aku tak menyadari apa yang telah kuperbuat, sejak ku tau ada seorang teman Rafli yang memasukkan foto saat aku berada didekat Rafli di Fb-ku. Seperti aku berada di tempat pengasingan yang membuatku jauh dari semua orang. Bahkan keluargaku sendiri tak pdrnah tau kenapa aku melakukan semua ini. Abangku merasa aku hanya dibodohi oleh seorang laki-laki yang baru saja aku kenal. Ya Allah kenapa aku merasa di hukum seperti ini. Apakah Rafli benar-benar menyayangiku seperti apa yang dikatakanya padaku. Atau dia hanya ingin memamerkanku didepan teman-temannya, ataukah dia malu membawa aku yang memang memakai jilbab dari pertma kita kenal.
Terakhir setelah malam itu Rafli tidak pernah lagi menghubungi aku, aku sms tak pernah membalas aku telfon pun sejuta alasan yang dikatakan oleh seseorang yang mengangkat telfonku disana.
Aku coba menulis pesan di account facebooknya, berharap dia akan membalasnya dan akan menemuiku,
Assalamualaikum
Apa kabarmu raf? Kenapaa sudah beberapa minggu kamu tak pernah menghubungi atau menelfonku. Apa kamu sudah lupa dengan janjimu dulu? Kenapa kamu pergi begitu saja tanpa pesan dan kabar?
Tolong kamu balas pesan ini agar aku tak menunggumu datang dan tak akan pernah mengharapkanmu untuk membawa janjimu lagi.
Sudah kulakukan apa yang kamu minta sampai smua orang bingung akan apa yang aku lakukan kenpa sekarang kamu yang menghilang dariku.
Tolong jawab pesanku Rafli..
Sudah sebulan berlalu aku tak pernah mendengarkan kabar dari Rafli sama sekali, teman-temannya pun tak tau dimana keberadaanya. Ya Allah inikah jawaban atas kebodohanku yang telah aku lakukan tanpa mendengarkan kata hatiku dan hanya mendengarkan logika dan kemauanku saja.
Mungkin memang ini jawaban dari kekhawatiranku dulu dengan Rafli atau memang Rafli bukan seseorang yang baik seperti apa yang aku bayangkan dulu. Atau ini ujian yang kau beika kepadaku untuk menguji imanku ya Allah. Apa aku akan melakukan sesuatu demi Rafli, atau memang aku menyayangi Rafli yang baru kukenal. Setelah aku tak pernah mendengarkan kata sahabatku. Ohh Okka maafkan aku ini yang tak pernah mendengarkan perkataanmu.
Memang mungkin Rafli hanya orang yang baru kukenal dan tak pernah baik untukku.
Dan jilbabku membawaku kembali pada kedekatanku pada-Nya, tanpa pernah mengingat aku telah melepaskannya hanya untuk seorang RAFLI RIALDY TAMA . Dan sampai saat ini aku masih mengenangmu dan mengingat janjimu.
Seperti laut yang masih berbui, seperti itu aku mengingatmu dan mengikatkan jilbabku pada diriku.                          &nbsp:                                             ****
Dea'06041994

Tidak ada komentar:

Posting Komentar