KEPUTUSAN HATI TAK BERARTI
Mentari
tampak malu memunculkan diri, malam telah pergi, sementara gelap masih belum
mau berpaling. Kulibas tirai putih di penghujung kamarku, kuarungi buku demi
buku yang berserakan dan ku tata rapi. Kubuka pintu kamar, kulempar pandangan
ke sekeliling rumah mungil ini.
Masih
teringat dalam memoriku pemuda yang membantu mendorong sepedaku kemaren saat
si putih mogok ditengah jalan. Ternyata
masih ada pemuda cakep sebaik dia ya, mau bantuin aku lagi. Bodohnya kenapa aku
ngga tanya nama atau sekedar nomer hp-nya ya?
Yah, emang kesempatan ngga dateng dua kali deh.
Lama
berselang, tiba-tiba dari arah luar kamar mandi kudengar suara ibu memanggilku
,”Dea ada Okka diluar!”
“Iya
bu, Dea udah selesai mandi kok,” suaraku menjawab ibu.
Okka
sahabat karibku dan kami sudah berteman sejak kami duduk dibangku SMA. Tapi
kami sudah jarang bertemu sejak kami sudah sibuk dengan kuliah masing-masing.
Kuhampiri
Okka seraya berkata ,”Hei Okka tumben datang pagi kerumah.”
“Hehe
iyaa suntuk dirumah, jalan yukk,” jawabnya sambil menarik lenganku menuju
kamar.
“Ayo
mumpung aku lagi libur juga nih, kita lama ngga jalan berdua,” Jawabku pada
Okka.
Ku
ganti bajuku dengan warna yang senada dengan baju Okka, kuraih kerudung merah
jambu didekat meja belajar, kurapikan badanku didepan cermin dan kuraih tas
putih diatas kursi. Kubuka pintu kamar, kulihat ibu sedang merapikan meja
makan, sementara tubuh gagah ayah tak kutemukan lagi di dekat meja makan.
“Ayah
sudah berangkat bu ?” tanyaku padanya.
“Sudah,
baru saja nak. Kamu mau kemana de?” Tanya ibu padaku.
“Mau
keluar sebentar bu, ini nemenin Okka jalan-jalan,” jawabku pada ibu.
“Okka
nggak makan dulu disini ?” Tanya ibu pada Okka
Okka
menoleh pada ibu dan menjawab, “Sudah bu, tadi Okka udah makan dirumah”.
“Ya
sudah kalian hati-hati yah!” Pinta ibu pada kami.
“Siap
ibu,” jawabku dan okka Kompak.
***
Sesampainya
kami dipusat perbelanjaan di daerah Kemayoran, kami langsung melihat-lihat
kerudung yang selalu menjadi tempat favorit kami ketika asik berbelanja.
Setelah asyik berbelanja kulihat raut wajah Okka yang mulai riang usai kami
tertawa dan berjalan-jalan bersama.
“Makan
yuk ka,” ajakku padanya.
“Ayo
aku juga udah laper nih. Kita ketempat biasanya aja ya !” jawab Okka padaku.
Kami
memilih tempat makan di cafe paling pojok, tempat kami ketika SMA sering
menghabiskan waktu bersama.
Setelah
memesan makanan dan minuman kulihat Okka sibuk memandang seorang didepan meja
kami.
“Kamu
lihat apa sih?” tanyaku pada Okka.
“Kamu
lihat nggak mas-mas yang didepan kamu itu?” tanya Okka kembali padaku.
“Yang
mana sih ka?” Jawabku bingung.
“Ituloh
yang pakai kemeja warna putih,” jelas Okka padaku.
“Oh
iya kenapa?” Tanyaku ulang padanya.
“Perasaan
daritadi kita masuk sampai kita duduk disini, mas itu ngeliatin kita terus deh.
Kayanya dia naksir deh sama kamu hehe ,” ucap Okka padaku jelas.
“Haha
ada-ada aja kamu itu!” jawabku seperti tak percaya.
Kulihat
lagi mas yang berada di depan mejaku, sepertinya aku mengenal dia. Siapa ya
dia?.
“Ihh
kamu ini dibilangin mana pernah percaya sih sama aku ini,” sanggah Okka padaku.
Setelah
makan aku dan okka pun bergegas pergi pulang dan meninggalkan cafe.
“Gruuubyyaaakk!”
seraya aku jatuh saat berjalan.
“Aduh,
kalo jalan lihat-lihat dong! Masa orang segini gedenya masih ditabrak aja sih,”
ucapku sembari berdiri.
“Maaf
mbak, kamu nggak papa?” Tanya pemuda itu padaku.
“Ya
sakitlah, lainkali hati-hati dong kalo jalan!. Tunggu deh, Mas ini yang dulu
bantu aku benerin si putih waktu mogok itu kan,” tanyaku padanya.
“Oh
iya mbak yang punya sepeda motor putih itukan, maaf ya mbak saya nggak sengaja!”
jawabnya padaku.
“Iya
makasih ya mas, kemaren udah bantu saya benerin motor! Ehm nggak papa kok
tenang aja,” ucapku padanya.
“Iya
mbak sama-sama, sekali lagi maaf ya mbak” pintanya padaku.
“iya
ngga papa mas. Saya duluan ya mas!,” pamitku padanya.
Aku
pun bergegas pergi dengan okka menuju tempat parkir. Perasaan senang bisa
bertemu mas itu lagi tapi bodohnya aku, kenapa aku tak berkenalan lagi dengan
mas itu hash!!.
“Sampai
sini saja ya aku de,” pamitnya padaku.
“Iya
ka, kamu ngga mampir dulu?” tanyaku padanya.
“Nggak
deh de, takut kesorean. Assalamualaikum,”jawabnya.
“Waalaikumsalam
hati-hati yah ka,” pesanku padanya.
Mentari
telah menatap pergi, gelap mulai merajai langit, dan angin mulai berhembus
riang seraya ditemani bintang-bintangyang menata diri.
Kubaringkan
tubuhku diatas pembaringan kamar, kutatap langit-langit kamar. Terbersit wajah
pemuda itu lagi diingatanku, kapan ya mas itu bertemu denganku lagi. Ah kalo
jodoh nggak kemana! kali aja Allah mempertemukanku lagi denganya suatu saat.
Kurangkai
mimpi indah malam ini dan berharap semoga Allah mempertemukanku lagi denganya
esok atau lusa, dan praktikumku esok bisa selesai dengan baik.
&nsp; ***
Suara
merdu alunan adzan subuh membangunkanku pagi ini, bergegas aku bangun dari
tempat tidurku dan bersiap-siap untuk mandi.
Aku
pun bergegas menuju kampus, bersama si putih motor kesayanganku berharap bisa
sampai tujuan dan nggak terjebak macet. Kapan si Jakarta pernah nggak macet,
paling waktu lebaran aja.
Sesamapainya
di kampus, ku parkir si putih didekat pohon mangga berharap agar putih tak
langsung terkena matahari. Tiba-tiba seperti ada yang menyorot dari arah lorong
di depan parkiran motor ini. Sepertinya aku tak asing lagi dengan wajah pemuda
didepan lorong itu. Ya ampun mas itu yang menolongku kemaren dan menabrakku
saat di cafe. Tapi apa iya dia di fakultas ini juga, bukanya 5 semester aku
disini aku tak pernah melihat raut mukanya sama sekali ? Kenapa aku baru
melihatnya saat kita bertabrak`n kemaren? Wah semoga mas itu berharap juga
untuk berkenalan denganku dan menemuiku.
Setelah
selesai praktikum aaku langsung menuju parkiran, ingin puulang cepat karna cuaca
yang sangat amat menusuk kulit, panasnya! Ketika tiba diparkiran sontak aku
terkaget melihat pemuda itu sudah berada dekat dengan si putih motorku.
Dia
pun menghampiriku dan memperkenalkan diri padaku, dia bernama Rafli dan
mahasiswa fakultas kedokteran semester lima juga. Dan kami bertukar nomer handphone,
aku berpamitan pulang bersama si putih.
Penat
menggelayuti pundakku seperti dia tw seharian aku telah sibuk, seperti malaikat
yang menulis semua aktivitasku seharian. Badan rasanya seperti ingin langsung
berbaring, enggan beranjak walau hanya untuk turun makan, enggan bangun walau
hanya untuk melangkah ke kamar mandi.
Insyaallah insyallah insyallah
ada jalan..
Nada
handphoneku berdering keras kulihat dilayar sepertinya aku tak mengenal nomer
asing ini.
“Assalamualaikum,”
jawabku mengangkat telefon.
“Waalaikumsalam,”
jawab seseorang diseberang.
“Maaf
ini siapa yah?” tanyaku bingung.
“Aku
Rafli De, masih ingat ?” jawabnya
“Oh
iya ingat. Ada apa ya raf ?” tanyaku
“Cuma
pengen mastiin klo yang punya nomer ini
kamu,” jawabnya seperti aneh ditelingaku.
Aku
dan Rafli pun saling berkenalan dan menceritakan kejadian waktu itu di cafe
sampai aku merasa nyaman berbicara denganya.
TRIIING....
Nada
handphoneku berbunyi kulihat satu sms dari Rafli buru-buru aku mengambilnya dan
membacanya.
Selamat malem Dea,
Makasih ya dah mau angkat
telefonku, Mimpi indah besok aku tunggu dikantin kampus ya. See you .
Ahh
senangnya ternyata Rafli tak seburuk yang kukira saat di cafe. Hhem mimpi indah
juga malam ini. See you tomorrow
Rafli.
***
Mentari
cerah bersinar menyelinap disela-sela jendela kamarku. Sepertinya ia tau pagi
ini aku sangat ceria dan sudah bersiap menemaaniku menuju kampus.
Setelah
kami berjanjian bertemu di kantin kampus, aku dan Rafli melanjutkan jalan-jalan
ke toko buku. Sekalianlah aku mau mencari buku referensi untuk tugasku.
Aku
dan Rafli mulai sering bertemu, mulai sering bertanya kabar dan dia sperti
menaruh perhatian lebih padaku. Setiap hari dia menjemputku dan mengantarku
pulang setiap aku ingin kemana pun dia selalu mengantar dan menemaniku, dia seperti
bayanganku yang ada bersamaku.
Walau
memang pertemuan dan perkenalan kami memang tak pernah disengaja tapi inilah
garis cerita yang diciptakan untukku.
Sudah
1 bulan ini aku dan Rafli selalu kemana-mana bersama, dia mulai sering datang
kerumah.
Malam
itu dia datang kerumah dengan mnggunakan kemeja lengan pendek warna abu-abu,
memakai jaket kulit yang waktu itu dibelinya bersamaku. Terlihat tampan dan
sangat manis.
“Dea
aku mau ngomong sama kamu,” ucapnya padaku.
“Besok
aku ada acara reuni sama temen-temen SMAku, kamu ada acara ? Bisa temenin aku?” tayannya mengajakku.
“Bisa
kok aku besok nggak ada acara! Jam berapa kamu mau jemput aku?” jawabku senang
padanya.
“Jam
7 aku jemput kamu. Tapi aku ada 1 permintaan lagi sama kamu,” tanyanya padaku.
“Apa?”
tanyaku padanya.
“Aku
pengen kamu pake gaun ini,” sembari dia menyodorkan kotak merah padaku.
Kubuka
kotak merah yang ada didepan pangkuanku, setengah bertanya-tanya dalam hati
kenapa harus memakai gaun pemberian darinya? Kenapa harus memakai baju dari dia.
Hahhhhh.
“Aku
berkerudung Raf, kenapa harus memakai gaun pemberianmu ini yang membuatku tak
bisa menggenakan kerudungku,” jawabku setengah terkaget padanya.
“Aku
selalu menuruti semua kemauanmu De, aku selalu ada saat kamu membutuhkanku ,
aku selalu menemanimu kemana pun kau mau,” jelasnya padaku
“Aku
nggak bisa Raf kalo kamu mau mengajakku pergi ke acara reunimu, aku akan
menggenakan kerudungku ini,” jawakbku panjang kepadanya.
“Kenapa
baru sekarang kamu menyuruhku untuk membuka kerudungku? Padahal kita sudah
bersama sebulan ini. Bukannya kamu tak pernah mempermasalahkan aku menggunakan
kerudungku ini daridulu. Kenapa sekarang kamu berubah?” tanyaku sembari sedkit
nada marah kepadanya.
“Karna
aku sayang kamu dan aku mau yang terbaik buat kamu. Aku hanya memohon besok
malam saja tolong gunakan gaun itu saat acara bersamaku,” pintanya padaku.
Aku
menyuruhnya pulang malam itu, dengan pertanyaan penuh sesak dihatiku, seperti
aku tak percaya kalau malam ini Rafli akan mengatak semua itu padaku, hal yang
tak pernah ada dibayanganku tak pernah tersirat sedikit pun dibenakku. Aku
merasa Rafli tak akan pernah mempermasalahkan keadaanku dan takkan pernah
memikirkan penampilanku.
Aku
terlanjur menyanyangi Rafli aku terlanjur nyaman didekatnya, tapi apa aku harus
mengorbankan apa y`ng menjadi prinsip?
Apa hanya karena Rafli aku melakukanya?
Ya
Allah apa yang harus aku lakukan, Apa
aku harus menerima permintaanya ?
TRIIIIIINGGGGG...................
Nada
sms hapeku berbunyi. Kulihat nama Rafli muncul dari layar hape.
Semoga kamu menerima ajakanku
besok malam De.
Aku tau mungkin ini nggak
mudah buat kamu. Tapi aku hanya ingin kamu terlihat lebih menarik di depan
temanku yang lain.
Betapa
bingungnya aku malam ini, seperti ada 2 pilihan yang tak mungkin aku
meninggalkanya. Tapi apa yang bisa aku lakukan kalo tidak bisa mengambil
pilihan.
Kutarik
lampu meja dikamarku, dan gelap menyelimutiku hingga aku terlelap malam itu,
ditemani rasa bingung yang membuatku merasa ingin lari dan berteriak kencang.
Keesokan
senja aku masih berdiam diri dikamar, tak pergi ke kampus atau pun sekedar
pergi ke toko buku bersama Rafli. Dengan sejuta rasa yang mungkin di mata semua
orang salah atau pun allah juga membenciku tapi aku juga tak mau menyakiti hati
Rafli aku terlanjur menyayanginya.
Aku
pun menuruti ajakanya menghadiri reuni SMA, ku kenakan gaun yang diberikan
Rafli kepadaku. Seisi rumah sempat bertanya padaku, kenapa aku rela melepas
jilbabku hanya untuk pergi bersama orang yang baru beberapa bulan aku kenal.
Kenapa aku rela melakukan permintaanya padahal itu sama saja mengatur
kehidupanku.
“Kamu
cantik malam ini,” ucapnya memujiku.
“Makasih,”
dengan muka yang sama sekali tak berekspresi senang.
Acara
reuni belum berakhir tapi jam sudah menunjukkan hampir tengah malam. Aku
meminta pada Rafli untuk segera mengajakku pulang atau aku akan pulang sendiri
tanpanya.
Rafli
pun meninggalkan acara bersamaku tanpa menghiraukan acara di sana yang masih
ramai dan sangat meriah.
Di
dalam mobil aku hanya diam saja, tak berniat untuk mengajak Rafli berbicara
atau pun menjawab semua pertanyaanya padaku.
Ohh
bodohnya aku, kenapa aku harus mau menuruti omongan Rafli kenapa aku harus
menuruti logikaku bukan kata hatiku
Kenapa
aku harus melepas jilbabku untuknya? Ahh nasi telah menjadi bubur, semuanya
telah terjadi.
Brrrrmmmmmm....
Dimatikanya
gas mobil didepan rumahku, aku bergegas turun tapi Rafli menahanku.
“Makasih
ya malam ini kamu udah mau nemenin aku,” ucapnya
“Kenapa
kamu daritadi diem aja sih? Kamu nyesel udah jalan berdua sama aku?” tanyanya
lagi.
“Ngga
kok aku masuk dulu yah, udah malem. See
you, hati-hati ya dijalan,” ucapku padanya
Kuterdiam
dimakan habisnya bayangan mobil Rafli yang sudah lenyap diantara perempatan
jalan.
Malam
ini tidak seperti malam-malam yang lain, aku tak tau apa yang telah aku rasakan
dan apa yang telah aku lakukan seperti aku benar-benar merasakan dilema yang
begitu besar.
***
Insyallah insyallah ada jalan ..
Kutengok hp-ku
bebunyi, terlihat foto Okka muncul dari layar hpku.
“Assalamualaikum, ada
apa ka? Tumben malem-malem telefon?” tanyaku pada Okka.
“Waalaikumsalam.
Habis kemana kamu kemaren? Kenapa nggak
pernah cerita sama aku kalo kamu udah kenalan sama mas yang ketemu kita di
cafe. Kenapa kamu lepas kerudungmu de? Kamu udah nggak ngganggep aku sahabatmu
lagi,” tanya okka bertubi-tubi padaku seperti ingin menghukumku.
Tau darimana okka aku
kenal dengan Rafli, tau darimana okka kalo aku melepas kerudungku bersama
Rafli.
“Tunggu ka, ini nggak
seperti yang kamu fikirin. Aku emang belum cerita ke kamu tapi emang aku bakalan
cerita ke kamu suatu saat,” jawabku pada okka.
“Setelah semua orang
tau kalo kamu udah buka kerudung dan pergi malem-malem ke acara reuni Rafli, mikir
de!! Sekarang semua orang udah nganggep kamu bisa dijadiin bonekanya Rafli.
Kenapa kamu nggak pernah cerita sama aku. Mulai hari ini jangan hubungin aku
lagi sampai kamu bener-bener ngerti posisi kamu sekarang,” gertak okka padaku.
“Kamu tau darimana ka
kalo aku buka kerudung ke acara reuni Rafli ?” tanyaku pada okka.
“Semua juga udah tau
kali de. Lihat aja account Fbmu, aku gini karna aku sayang sama kamu. Dan aku
ga mau kamu salah kenal orang. Kamu belum tau betulkan Rafli kayak apa
orangnya. Assalamualaikum,” seraya dimatikannya telfon itu.
“Waalaikumsalam,”
kututup telefon dari okka, tak terasa tetes airmataku jatuh disela-sela pipi.
Sudah seminggu aku
tak pernah pergi ke kampus, sejak aku pergi dengan Rafli ke acara reuni bersama
teman-temannya, sejak okka tak ingin mengenalku lagi selama aku tak menyadari
apa yang telah kuperbuat, sejak ku tau ada seorang teman Rafli yang memasukkan
foto saat aku berada didekat Rafli di Fb-ku. Seperti aku berada di tempat
pengasingan yang membuatku jauh dari semua orang. Bahkan keluargaku sendiri tak
pdrnah tau kenapa aku melakukan semua ini. Abangku merasa aku hanya dibodohi
oleh seorang laki-laki yang baru saja aku kenal. Ya Allah kenapa aku merasa di
hukum seperti ini. Apakah Rafli benar-benar menyayangiku seperti apa yang
dikatakanya padaku. Atau dia hanya ingin memamerkanku didepan teman-temannya,
ataukah dia malu membawa aku yang memang memakai jilbab dari pertma kita kenal.
Terakhir
setelah malam itu Rafli tidak pernah lagi menghubungi aku, aku sms tak pernah
membalas aku telfon pun sejuta alasan yang dikatakan oleh seseorang yang
mengangkat telfonku disana.
Aku
coba menulis pesan di account facebooknya, berharap dia akan membalasnya dan
akan menemuiku,
Assalamualaikum
Apa kabarmu raf? Kenapaa sudah
beberapa minggu kamu tak pernah menghubungi atau menelfonku. Apa kamu sudah
lupa dengan janjimu dulu? Kenapa kamu pergi begitu saja tanpa pesan dan kabar?
Tolong kamu balas pesan ini
agar aku tak menunggumu datang dan tak akan pernah mengharapkanmu untuk membawa
janjimu lagi.
Sudah kulakukan apa yang kamu
minta sampai smua orang bingung akan apa yang aku lakukan kenpa sekarang kamu
yang menghilang dariku.
Tolong jawab pesanku Rafli..
Sudah
sebulan berlalu aku tak pernah mendengarkan kabar dari Rafli sama sekali,
teman-temannya pun tak tau dimana keberadaanya. Ya Allah inikah jawaban atas
kebodohanku yang telah aku lakukan tanpa mendengarkan kata hatiku dan hanya
mendengarkan logika dan kemauanku saja.
Mungkin
memang ini jawaban dari kekhawatiranku dulu dengan Rafli atau memang Rafli
bukan seseorang yang baik seperti apa yang aku bayangkan dulu. Atau ini ujian
yang kau beika kepadaku untuk menguji imanku ya Allah. Apa aku akan melakukan
sesuatu demi Rafli, atau memang aku menyayangi Rafli yang baru kukenal. Setelah
aku tak pernah mendengarkan kata sahabatku. Ohh Okka maafkan aku ini yang tak
pernah mendengarkan perkataanmu.
Memang
mungkin Rafli hanya orang yang baru kukenal dan tak pernah baik untukku.
Dan
jilbabku membawaku kembali pada kedekatanku pada-Nya, tanpa pernah mengingat
aku telah melepaskannya hanya untuk seorang RAFLI RIALDY TAMA . Dan sampai saat
ini aku masih mengenangmu dan mengingat janjimu.
Seperti
laut yang masih berbui, seperti itu aku mengingatmu dan mengikatkan jilbabku
pada diriku.  : ****
Dea'06041994
Dea'06041994
Tidak ada komentar:
Posting Komentar