Jumat, 08 Maret 2013

Perhatiannya Bagai Badai Di Tengah Topan

Entah apa yang membuat smeuanya harus bisa berjalan begitu saja. aku sudah berusaha menguburnya rapat dan dalam seperti peti mati yang telah di kremasi. mengganti hati dengan butiran titik cinta yang datang silih berganti. tapi tetap tak ada yang abadi. hingga suatu malam aku berusaha mencoba melupakan dan membakar dalam tong sampah besi. aku tak ingin melihat dan bertemunya lagi. tapi cinta ini yang telah membawanya kembali. bagi mereka waktu yang aku tempuh bukannya cukup lama, tapi sangatlah lama.

Hitungan bayi yang baru dilahirkan, dia sudah bisa berjalan dan bisa menghafal kata dengan baik, bahkan mungkin dia sekarang sudah bisa bersekolah sendiri. berteman dan mulai bersosialisasi dengan caranya sendiri. aku ingin melihat bayi itu tumbuh dalam kasih sayang, bukan tekanan dan perasaan. aku yakin perasaannya pun masih sama dengan yang dulu. lihatlah, aku bersusuah payah unutk mengingatmu selama dalam masa pertumbuhan ini. dan nanti ketika kelak dia sudah dewasa akan ada lagi cerita pengorbanan yang lain.

aku berharap nanti aku, aku akan bisa menjaga berdiri sendiri. yakinkan aku bahwa aku tak salah pilih, di depan laga dan danau kenanga ini, aku ingin sekali berteriak pada air. bahwa aku sedang gelisah dan merindu dengan purnama.
aku merindukan dia, dia yang dulu ketika aku terbangun sudah ada disampingku.
aku merindu dia, yang dulu ketika aku terbangun sudah menatap senyum indah itu.
sekarang raga cuma bisa terisak ketika merindu dan cuma bisa terkusik ketika aku harus pergi jauh.
jauh jauh meninggalkanmu, aku bisa saja mencoba menggantimu dengan sosok lain yang begitu familiar tapi aku tak bisa.

mungkin semua akan berlalu jika kita sudah tidak pernah bertemu lagi dan kamu jauh. terimakasih. kamu terbaik untuk kekasihmu..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar