Deru
ini menangis ketika seuntai ucap tidak engkau hargai, menangis meraung-raung
seperti tak tau adab, mencerca diri dan mencabiknya hingga tak berbentuk lagi.
Hendak
apa aku? Jika sepatahku saja sudah kau anggap salah. Apakah ini yang sedang
dinamakan ketika sudah berpisah peranakan dia sudah bukan lagi abangmu yang
dulu.
Ohh,
aku mungkin sedang termakan cemburu, iyaa mungkin saja. Aku sedang termakan
cemburu karena sedikit untai yang seharusnya untukku malah dijamah orang lain. Bukan
orang lain, dia sah keluargamu sendiri. Sah? Tapi aku cemburu | karena abangmu berubah bukan | iya .
Mengertilah
| aku akan coba mengerti. Tapi rasa ini bukankah wajar, setelah 17tahun bersama
akhirnya aku sendiri yang merasa kehilangannya. Sebenarnya aku tau rasa ini
amat sangat tak perlu. Tapi entahlah aku begitu menyanyanginya, belum genap
12bulan akhirnya aku sendiri yang merasa bahwa aku merindukannya.
Apakah
ini termasuk hal yang salah? Pecahkan awan untaian kisah yang dulu pernah aku
ukir bertahun bersamanya. Sekarang posisinya sudah berubah.
Cobalah
kamu mengerti sedikit tentang arti cinta yang sesungguhnya.
Kamu
dan mbakyumu mempunyai porsi sendiri ditengah relung hatinya.
Aku
mengutuk diriku sendiri, bahkan mengutuk kenapa perasaanku harus seperti ini.
Hingga
aku ketikkan sebuah cerita untukmu, agar aku tak pernah termakan oleh waktu
sampai engkau nanti takkan melupanku.
My
beloved brother,
Terisakku
petang ini, ketika aku melihat kalender di depan meja kerjaku
Iya
setelah ini aku genap berusia 19tahun
Waktu
yang lama telah aku lewati bersamamu bukan?
Tapi
sekejap aku terganti, entah sementara atau selamanya.
Inilah
aku yang sedikit atau banyak cemburu dengan waktu yang kurasa hanya sekejap
bersamamu
Aku
masih merindumu untuk bermain dan bersorak denganku
Aku
merajuk denganmu untuk tambahan uang jajan,
Atau
aku menuntut hak lebih agar aku tampak istimewa memilikimu sebagai abangku.
My
beloved brother,
Sekarang
atau selamanya posisiku mungkin akan segera terganti
Terusir
oleh cintamu atau aku masih ditempat yang sama seperti dulu.
Jika
ada yang bertanya, kenapa sampai kamu berfikir seperti itu?
Karena
aku sudah tidak pernah lagi tertawa bersamamu seperti tahun lalu.
Berdua
denganmu berjalan menyusuri lorong waktu.
Atau
sekedar duduk berdua menikmati football community yang kita sukai
Ohh,
aku begitu merindu hari itu.
My
beloved brother,
Seuntai
kisahku hanya ingin engkau tau,
Kapankah
kita bisa bersama mendukung kesebelasan tim kita?
Berpamitan
berdua dengan mama “Adike dijogo arek iku wedok nang stadion”.
Celoteh
mama yang sering dilontarkan ketika kau menculikku pergi.
Deruku
ini semakin meraung ketika harus kuterima nyataku bahwa aku bukanlah lagi nomor
satu dihadapanmu.
Haruskah
aku mengutarakan semua ini denganmu.
My
beloved brother,
Aku
masih inginkan perhatian dan kasih sayang darimu
Aku
tau sekarang engkau sudah tak mungkin membaginya untukku
Aku
tau sekarang mungkin sudah habis waktuku untuk bermain denganmu
Setelah
kasih sayang darimu, sekarang aku tak pernah mendapatkannya lagi.
Aku
sangat merindu, sangat merindu..
Dulu
ketika kataku adalah nomor satu untukmu sekarang tinggalah aku menjadi yang
terakhir dihadapanmu.
My
beloved brother,
Andai
aku boleh meminjammu dan meminjam waktu,
Aku
ingin mengembalikan sebentar waktu itu dimana aku selalu pertama untukmu
Andai
aku boleh meminjam raga dan jiwamu barang satu menit saja
Aku
ingin hatimu yng masih memperhatikanku dikala kau yang dulu
Berlebihankah
diriku? Atau memang keadaan yang memang harus seperti ini?
Termasuk
juga nanti ketika aku sepertimu
Telah
membina lembar kehidupanku yang baru mengabdi pada suamiku
Berarti
kau juga akan merindukanku?
Aku
harap kau mau jujur dengan waktu, aku juga merindukan abangku yang dulu L
Tidak ada komentar:
Posting Komentar