Minggu, 09 Maret 2014

Lorong Rel Kereta Api

Aku tuliskan sajak.
Sebuah kata mati yang tak bisa hidup lagi.
Menyusuri jalan lorong rel kereta api.
Atau pun landasan pacuan burung besi.

Tertuliskan sebuah makna kata antara nama dan raga
Sebuah kisah jalan yang terbentang pada dua kota
Tanpa mengulang sebuah sandiwara
Ku pastikan sebongkah cinta ini apa adanya

Tubuhku membeku kaku
Terpatung diam
Membisu keluh
Tak bisa mengucap apapun tentang kamu

Dalam sebuah hati
Aku berucap pada Tuhan
Pertemukan kami lagi
 Pada sebuah tulisan tangan Tuhan yang Kau ridhoi
                                                                                                                
Izinkan tubuh yang pernah membeku kaku dan keluh ini melebur kembali
Menyaksikan cinta datang membawa bahagia dari hati
Lalu berpeluk dalam diam pada sebuah kerinduan
Jika bisa kau rasakan

Ada asa pada temu yang tak ingin pisah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar