Selamat pagi komandan,
Cara ucap saat kau perkenalkan diri, dada tegap dan
jabatan tangan yang kuat.
Tubuh hitam legam seperti habis berterik dibawah
mentari berhari-berhari.
Tatapan yang tajam, dan aku bersembunyi di belakang
pundak yang kau sebut “Kapten”
Pamitmu dengan mengangkat hormat sampai diatas
kepala, lalu berbalik arah.
Ini simpul pertama dari bibirmu setelah ratusan hari
aku telah kau temani.
Kau tegas tanpa pilih-pilih, tanpa pengecualian aku
pun kau perlakukan seperti ini.
Diluar aspek aku orang yang selalu terdiri dari lima
huruf yang terangkai menjadi cinta.
Tak main-main jika aku telah salah, kau kadang
membiarkanku menangis tanpa pelukan.
Hormat kusertakan saat aku kau turunkan di depan
gerbang pendidikan.
Seragam hijau lurik yang kau kenakan menambah kesan
seram dan geram untuk setiap pandangan.
Waktu terasa menegas dan semua menjauh ketika kau
mengenakan seragam kebesaran.
Lambaian tangan sampai atas kepala sebagai rasa
terimakasih atas kawalanmu.
Kala itu tak ada yang berani “bersiul” kepadaku saat
langkah ku kayuh melaju.
Kau beradu cepat dengan waktu, mengetok pintu
rumahku.
Menjunjung tas ransel loreng berisikan entah
benda-benda yang terasa asing sekali.
Bersama dua orang prajurit lain.
Di depan mereka kau mendekapku.
Dekapan yang kau bilang akan pasti terulang.
Ternyata menjadi dekap terakhir, selama jarak
berpaling.
Pamitmu membela Negara, kau dimutasi jauh
diperbatasan sana.
Meninggalkan beberapa tetesan airmata.
Kau menaruh topi baret dari atas kepalamu di meja
tamu.
Mengumpulkan kata untuk berpamit tugas demi Negara.
Meninggalkan sanak, markas, dan keluarga disini,
termasuk aku (cinta).
Dekap dan tegas yang kau berikan, kau harus tetap
berlari tak melihat kanan-kiri.
Ku tegarkan hati yang tak pernah berfirasat salah
dihadapanmu, mengemban kepercayaanmu.
Hormat dan kepalan tangan diatas kepala yang
terakhir ku persembahkan untukmu.
“Siap laksanakan komandan, jaga diri disana, Negara sedang
membutuhkanmu”.
Dengan sedikit isak dan tetes butir demi butir dari
ujung kelopak mata.
Kecupan manis setelah hormat yang ku hadiahkan
untukmu
Berdiri gagah dihadapanku, “Tunggu sampai negara mengembalikanku
padamu”.
Dan ini kata terakhir sebelum kau pergi.
Selamat pagi komandan,
Upacara pedang dan seluruh rangkaian yang kau
ceritakan.
Gaun hijau bersandingkan seragam kebesaran serta
pedang.
Selamat pagi komandan, Negara mengembalikanmu
langsung pada Tuhan.
Prajurit dalam tugas..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar