Selasa, 13 Agustus 2013

Selamat Pagi Komandan, Negara Sedang Membutuhkanmu ...



Selamat pagi komandan,

Cara ucap saat kau perkenalkan diri, dada tegap dan jabatan tangan yang kuat.
Tubuh hitam legam seperti habis berterik dibawah mentari berhari-berhari.
Tatapan yang tajam, dan aku bersembunyi di belakang pundak yang kau sebut “Kapten”
Pamitmu dengan mengangkat hormat sampai diatas kepala, lalu berbalik arah.

Ini simpul pertama dari bibirmu setelah ratusan hari aku telah kau temani.
Kau tegas tanpa pilih-pilih, tanpa pengecualian aku pun kau perlakukan seperti ini.
Diluar aspek aku orang yang selalu terdiri dari lima huruf yang terangkai menjadi cinta.
Tak main-main jika aku telah salah, kau kadang membiarkanku menangis tanpa pelukan.

Hormat kusertakan saat aku kau turunkan di depan gerbang pendidikan.
Seragam hijau lurik yang kau kenakan menambah kesan seram dan geram untuk setiap pandangan.
Waktu terasa menegas dan semua menjauh ketika kau mengenakan seragam kebesaran.
Lambaian tangan sampai atas kepala sebagai rasa terimakasih atas kawalanmu.
Kala itu tak ada yang berani “bersiul” kepadaku saat langkah ku kayuh melaju.

Kau beradu cepat dengan waktu, mengetok pintu rumahku.
Menjunjung tas ransel loreng berisikan entah benda-benda yang terasa asing sekali.
Bersama dua orang prajurit lain.
Di depan mereka kau mendekapku.
Dekapan yang kau bilang akan pasti terulang.
Ternyata menjadi dekap terakhir, selama jarak berpaling.
Pamitmu membela Negara, kau dimutasi jauh diperbatasan sana.
Meninggalkan beberapa tetesan airmata.

Kau menaruh topi baret dari atas kepalamu di meja tamu.
Mengumpulkan kata untuk berpamit tugas demi Negara.
Meninggalkan sanak, markas, dan keluarga disini, termasuk aku (cinta).
Dekap dan tegas yang kau berikan, kau harus tetap berlari tak melihat kanan-kiri.

Ku tegarkan hati yang tak pernah berfirasat salah dihadapanmu, mengemban kepercayaanmu.
Hormat dan kepalan tangan diatas kepala yang terakhir ku persembahkan untukmu.
“Siap laksanakan komandan, jaga diri disana, Negara sedang membutuhkanmu”.
Dengan sedikit isak dan tetes butir demi butir dari ujung kelopak mata.
Kecupan manis setelah hormat yang ku hadiahkan untukmu
Berdiri gagah dihadapanku, “Tunggu sampai negara mengembalikanku padamu”.
Dan ini kata terakhir sebelum kau pergi.

Selamat pagi komandan,
Upacara pedang dan seluruh rangkaian yang kau ceritakan.
Gaun hijau bersandingkan seragam kebesaran serta pedang.
Selamat pagi komandan, Negara mengembalikanmu langsung pada Tuhan.

Prajurit dalam tugas..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar