Pada akhirnya restu datang tanpa diminta …
Bukankah semua sengaja
diperjuangkan untuk tau jika yang terbaik yang akan selalu bertahan. Naluri seorang
tua pasti benar adanya, bukan di karenakan rasa percaya. Tapi Tuhan sedikit
lebih mendengar banyak, pada mereka yang sudah mengerti manis dan getirnya
dunia.
Ini sepenggal yang dinamakan garis dimana semuanya
sudah tersusun dalam cerita yang sedang dan hendak diperjuangkan bersama.
Pada jarak, jika dia menitipkan sebuah cerita yang
selalu di kehendaki bersama. Diperjuangkan bersama bukan diperjuangkan sepihak
saja. Pada jarak seharusnya dia mengerti jika ini bukan alasan untuk saling
menyakiti dan mengkhianati. Jika sudah dipantaskan untuk menjadi satu dari yang
terbaik untuk diperjuangkan. Seharusnya semua akan berjalan seperti rencana
Tuhan.
Kenalkan, namaku Haura. Aku sedang memperjuangkan
kata bertuliskan ‘Restu’ pada hubungan kami. Dengan alasan jarak semuanya
seakan neraka bagi pendengar hubungan yang sedang ku jalani.
Toh nyatanya aku malah sebahagia ini. Aku mengenalkan
diri sebagai seorang yang sedang menunggu pangerannya di ujung matahari pagi.
Iya, jarak beratus kilometer ini menjadi alasan
pertama dan terakhir bagi mereka yang seakan tertawa sinis mendengar kami
datang berdua. Seharusnya ini tak bisa dibiarkan, siapa yang menjadi pemeran
utama dan pelakunya-lah yang seharusnya tau apa yang akan dirasakan sekarang
dan nantinya.
Pada jarak mereka menganggap jika semuanya itu
takkan bisa berlangsung bahagia selamanya. Mereka salah!
Hingga pada suatu pagi, seorang tua sedang duduk
disampingku. Dia mendengarkan semua rincian kehidupanku yang akan ku gores pada
usia-usiaku yang semakin bertambah setiap hari.
Begini, jika bahagiaku harus terpaut jarak. Apa aku
harus mundur atau melompat untuk dekat dan melipat jarak. Atau malah bahagiaku
harus aku kubur karena jarak akan mematikannya pelan-pelan?
“Nak, bahagiamu adalah bahagia kami. Jika kamu
menginginkan dia yang sudah berjarak sebelum Tuhan mempertemukan kalian.
Bertahanlah, berjuanglah, buktikan pada mereka dan dunia yang sedang
menertawakanmu. Katakan pada mereka, jika ini adalah bahagia yang sedang kamu
buktikan. Tidak usah ragu dan takut. Tua yang sudah renta tanpa bisa apa-apa
ini akan selalu mendukungmu. Dengan tangan yang sudah tidak kuat menahan apapun
selain menengadah doa untukmu pada sang Maha Kuasa,” dengan usapan lembut dia
berbicara.
Ketika bahagia sudah kau perlihatkan pada mereka
yang takut akan sengsara. Lihatkanlah Restu mengalir dalam perjuangan tanpa
diminta. Tuhan adalah bukti jika Cinta tak mengenal apapun selain karena
Tuhan-nya.
Selamat melipat jarak dan berjuang kembali, untuk
satu restu yang sudah kau kantongi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar